Denpasar, warnaberita.com - Dalam upaya mendorong semangat berkarya di kalangan penggiat sastra Bali, Ketua TP PKK Provinsi Bali, Ny. Putri Suastini Koster, memfasilitasi peluncuran tujuh buku karya sembilan penulis yang berlangsung di Gedung Kertha Sabha, Sabtu (10/5).
Acara ini tidak hanya menjadi ruang apresiasi, tetapi juga panggung yang mengangkat semangat literasi dan keberagaman perspektif sastra Bali.
Ketujuh buku tersebut meliputi karya ilmiah, puisi, cerpen, hingga dokumentasi sejarah teater. Di antaranya, buku Sastra dan Telaah Aplikatif karya Prof. Dr. Gde Artawan, Jayaprana Layonsari karya Putu Satria Kusuma, Kumpulan Puisi Nol Negeri Tanpa Langit oleh I Gede Pandega Wirasabda, serta cerpen Bulan Magantung dari Dewa Sarjana. Penulis tunanetra Ni Komang Yuni Lestari turut mencuri perhatian melalui bukunya Alia Tahu Semua Dosa Laki-Laki.
Baca Juga: Ny. Putri Koster : Sampah Adalah Tanggung Jawab Bersama
Sementara itu, Antologi Puisi Sukasada, Tanah, dan Daun-Daun Subur Puisi karya Made Edy Arudi, serta Sekelumit Sejarah Teater Angin yang ditulis oleh tiga perempuan sastrawan, menambah kekayaan warna literasi Bali.
Dalam sambutannya, Ny. Putri Koster menyampaikan apresiasi mendalam atas kegigihan para penulis. “Saya sangat bangga, karena dari keterbatasan maupun tantangan masing-masing, para penulis ini berhasil menelurkan karya yang sarat makna,” ujarnya.
Ia secara khusus menyoroti semangat Komang Yuni yang menulis dengan hati, meski tidak dapat melihat dunia secara visual. “Kepekaan rasa dan kekuatan batinnya sungguh luar biasa,” tambahnya.
Baca Juga: Putri Koster Soroti Minimnya Kesadaran Masyarakat Terhadap Isu Pengelolaan Sampah
Putri Koster juga menekankan pentingnya menghargai karya sastra dengan tindakan nyata. Ia mengajak masyarakat untuk mulai membiasakan membeli buku saat menghadiri acara sastra. “Membeli buku bukan soal uang, tetapi bentuk penghormatan terhadap kerja intelektual dan jiwa penulis,” katanya.
Dalam konteks yang lebih luas, ia menegaskan komitmen Pemprov Bali melalui Festival Seni Bali Jani (FSBJ), sebagai program strategis untuk mendorong perkembangan seni kontemporer dan sastra. FSBJ, yang kini telah diatur dalam peraturan daerah, juga memberikan ruang khusus untuk pameran karya literasi.
Tak hanya itu, Ny. Putri mengungkapkan rencana ambisius untuk menyelenggarakan Bali International Book Fair, sebagai ajang bertemunya penulis lokal dengan pembaca dan penerbit internasional. “Bali harus menjadi rumah bagi karya anak daerah, bukan sekadar panggung bagi penulis luar,” tegasnya.
Baca Juga: Novita Murni, Mimpi Seorang Ibu Antarkan Tim Futsal Putri Indonesia ke Piala Dunia
Dalam acara peluncuran ini, para penulis juga diberi kesempatan berbicara mengenai isi dan proses kreatif di balik buku mereka. Komang Yuni, yang menjadi sorotan, menyampaikan bahwa tulisannya adalah cara ia menerobos batasan dan membebaskan imajinasi. “Menulis memberi saya kebebasan yang bahkan mata tidak selalu bisa tawarkan,” ucapnya.
Sementara itu, penulis buku Sekelumit Sejarah Teater Angin menyampaikan rasa terima kasih kepada Ny. Putri atas dukungannya. “Tanpa Ibu Putri, kisah ini mungkin hanya menjadi ingatan,” kata salah satu penulisnya.
Peluncuran buku ditutup dengan pemberian kain tenun endek Bali kepada para penulis sebagai simbol apresiasi. Ny. Putri berharap, semangat berkarya ini tidak berhenti di sini. “Saya siap memfasilitasi peluncuran-peluncuran berikutnya. Karena selama ada yang menulis, akan selalu ada harapan,” pungkasnya.(*)
