Jakarta, warnaberita.com – Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan guru besar dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam penyusunan Rencana Induk Ekonomi Kreatif (Rindekraf) periode 2026-2045.
Menteri Ekonomi Kreatif (Menteri Ekraf) Teuku Riefky Harsya berharap masukan dari akademisi semakin memperkuat Rindekraf dari sisi riset dan data.
“Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan. Oleh karena itu, penyusunan Rindekraf ini membutuhkan dukungan dan masukan dari berbagai pihak, termasuk para akademisi yang memiliki keahlian dan pengetahuan mendalam di bidang ini,” ucap Menteri Ekraf Teuku Riefky dalam FGD yang berlangsung di Autograph Tower, Jakarta pada Kamis, 22 Mei 2025.
Baca Juga: Langit Lombok Jadi Panggung Paragliding World Cup 2025
“Oleh karena itu, pelibatan akademisi dan naskah akademik dalam penyusunan kebijakan pemerintah menjadi kunci untuk menghasilkan kebijakan yang berbasis data dan riset yang kuat," imbuh Menteri Ekraf Teuku Riefky.
Para peserta diskusi membahas berbagai isu strategis termasuk identifikasi subsektor ekonomi kreatif prioritas, pengembangan ekosistem yang kondusif, peningkatan daya saing, serta strategi pemasaran dan promosi produk ekonomi kreatif.
Menteri Ekraf Teuku Riefky mengatakan Rindekraf 2026-2045 akan fokus pada subsektor yang memiliki potensi besar dalam menciptakan lapangan kerja bagi generasi muda dan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.
Baca Juga: Global Tech Alliance Luncurkan Stargate UAE dalam Revolusi Kecerdasan Buatan
"Kami berharap Rindekraf ini dapat menjadi acuan yang matang bagi seluruh pemangku kepentingan dalam mengembangkan ekonomi kreatif Indonesia, sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat," kata Menteri Ekraf Teuku Riefky.
Pelibatan unsur akademisi disebut Menteri Ekraf Teuku Riefky sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto tentang pentingnya sinergi pemerintah, akademisi, pelaku industri, dan masyarakat. Oleh karena itu, Kemenekraf akan terus menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Sementara itu Prof Hermanto Siregar selaku Guru Besar IPB sekaligus Rektor Perbanas menyampaikan gagasan mengenai pentingnya multiplier effect yang perlu dimaksimalkan antarsubsektor ekonomi kreatif. Menurutnya, satu subsektor ekonomi kreatif saling memengaruhi subsektor lainnya.
"Investasi Rp 1 triliun di ekonomi kreatif bisa menghasilkan multiplier effect hingga Rp 3 triliun. Ini berbeda dengan sektor tradisional seperti pertanian yang sudah mentok di pertumbuhan 3,5%. Ekonomi kreatif menghubungkan semua subsektor atau connecting the dots, sehingga dampaknya berantai seperti film animasi yang memicu industri fesyen, kuliner, hingga stationery," kata Prof Hermanto.
Hasil dari FGD ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan penting dalam penyusunan Rindekraf 2026-2045.
Kemenekraf akan terus membuka diri terhadap masukan dan saran dari berbagai pihak untuk memastikan bahwa landasan ini dapat menjadi panduan yang efektif dan terus relevan bagi pengembangan ekonomi kreatif Indonesia. (*)