Probolinggo, warnaberita.com - Perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara etika dan sosial.
Hal ini menjadi penting di tengah tantangan pembangunan karakter mahasiswa di era teknologi yang kian pesat.
Di samping itu, tidak sedikit kampus yang belum sepenuhnya hadir sebagai solusi bagi persoalan masyarakat.
Baca Juga: Mustika Ratu Resmikan Rangkaian Body Care Terbaru di Piteri Indonesia 2025
Di sinilah peran strategis kampus berbasis pondok pesantren untuk memperkuat ilmu dan adab yang aplikatif di tengah masyarakat.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Fauzan menyampaikan bangsa Indonesia tidak hanya memerlukan hightech namun juga highethics.
Hal itu dikatakannya dalam pembukaan Kongres ke-VIII Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (BEM PTNU) Se-Nusantara, di Auditorium 1 Pondok Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo, Sabtu (17/5/2025).
Baca Juga: Prabowo Pertegas Komitmen Perkuat Hubungan dengan Thailand
Pembukaan Kongres diikuti lebih dari 150 BEM yang berafiliasi dengan ormas Nahdlatul Ulama tersebut turut dihadiri oleh tokoh-tokoh nasional, para kyai, termasuk Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Muhammad Zuhri Zaini; Kepala Pondok Abdul Hamid Wahid; Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza; perwakilan Kementerian Agama dan Bendahara Umum PBNU, Gudfan Arif Ghofur.
“Kita tidak cukup hanya sekadar hightech, kita juga harus highethics. Kita tidak bisa kalau hanya mengejar teknologi tanpa menyertakan nilai dan etika,” tegas Fauzan.
Dalam kesempatan ini, ia mendorong penguatan gerakan Kampus Berdampak agar perguruan tinggi lebih terlibat menyelesaikan persoalan sosial secara konkret.
Baca Juga: Indonesia-Thailand Tandatangani MoU Bidang Kesehatan
Dalam sambutannya, Ia mengutip nasihat KH. Muhammad Zuhri Zaini, bahwa “Ilmu tanpa diamalkan bukan saja tidak bermanfaat, tapi akan menjadi beban bahkan bumerang bagi orang yang memiliki ilmu”.
Ia juga menyampaikan bahwa “Program Kampus Berdampak diharapkan menjadi solusi agar perguruan tinggi hadir dan terlibat aktif dalam menyelesaikan persoalan yang ada.
Penguatan tridarma perguruan tinggi, khususnya dalam bentuk pengabdian masyarakat seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN), menurut Fauzan, menjadi sarana penting untuk membangun karakter mahasiswa dan memastikan keberadaan kampus dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.
Baca Juga: Disdikpora Badung Pastikan Penerimaan Siswa Lebih Tertib dan Transparan
Lebih lanjut, Wamen Fauzan juga mendorong BEM PTNU supaya terlibat dalam program “Mahasiswa Berdampak” yang diinsiasi Kemdiktisaintek khusus untuk BEM di seluruh tanah air.
Program ini bertujuan untuk mendorong implementasi Tri Dharma, khususnya pengabdian kepada masyarakat, sebagai bentuk nyata tanggung jawab sosial mahasiswa; mendorong mahasiswa untuk menerapkan ilmu dan keahlian secara langsung dalam menjawab tantangan sosial, lingkungan, dan ekonomi masyarakat dan berakar pada kebutuhan masyarakat; menumbuhkan jiwa kepemimpinan transformatif dan kepekaan sosial dalam diri mahasiswa; memfasilitasi organisasi mahasiswa dalam merancang dan melaksanakan inisiatif sosial secara terstruktur dan berdampak; membangun kolaborasi strategis antara organisasi mahasiswa dengan masyarakat, institusi pendidikan, dan pemangku kepentingan lainnya; dan menjadi wahana pembelajaran lintas disiplin dan lintas budaya yang memperkuat karakter dan kompetensi mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa.
Pada tahun ini program Mahasiswa Berdampak menyasar 250 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta dengan projek prioritas lokasi di Wilayah 3T, Kemiskinan Ekstrem, dan Wilayah Rawan Bencana
Baca Juga: Program Makan Bergizi Gratis di Buleleng, 1.844 Siswa Jadi Penerima Manfaat
“saya mengajak teman-teman BEM untuk mengikuti program Mahasiswa Berdampak. Program ini diperuntukan untuk BEM supaya terlibat langsung dalam pengabdian masyarakat menyelesaikan problem yang tengah dihadapi” ajaknya. (*)