Jakarta, warnaberita.com - Kementerian Perindustrian terus memacu pelaku industri kecil dan menengah (IKM) dalam negeri agar bisa bertransformasi menerapkan prinsip industri 4.0, baik dalam aspek produksi, manajemen, maupun pemasaran sebagai upaya strategis untuk meningkatkan produktivitas secara lebih efektif, efisien, dan berdaya saing tinggi. Hal ini menjadi langkah strategis di tengah dinamika perkembangan teknologi global dan tuntutan pasar yang semakin kompleks.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Reni Yanita menyampaikan, pemerintah aktif menyuarakan dan mendorong pelaku IKM untuk mengadopsi prinsip industri 4.0. “Kami telah melaksanakan berbagai program dan kegiatan seperti program e-Smart IKM untuk peningkatan literasi digital, serta penerapan teknologi modern dalam proses produksi,” kata Reni dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (20/5).
Ia menegaskan, industri 4.0 sangat relevan bagi sektor IKM dan dapat diimplementasikan secara bertahap bahkan dalam bentuk paling sederhana seperti penggunaan sistem ERP (Enterprise Resource Planning), yang terbukti mampu meningkatkan efisiensi dan mempercepat pertumbuhan usaha.
Baca Juga: Tiga Hari Lawatan ke Thailand, Prabowo Tegaskan Penguatan Hubungan Strategis
“Proses produksi yang telah mendapatkan sentuhan industri 4.0, manfaatnya akan langsung terasa mulai dari produksi jadi lebih efisien dari segi waktu, energi, dan sumber daya, kemudian barang hasil produksi semakin beragam dan kualitasnya pun semakin baik,” tutur Reni.
Menurutnya, penerapan industri 4.0 tidak hanya relevan bagi industri berskala besar, tetapi juga IKM dapat mengambil peran penting dalam transformasi digital. Pemanfaatan teknologi digital ini dapat diterapkan di berbagai lini usaha, mencakup manajemen operasional, strategi pemasaran, hingga proses manufaktur.
“Pendekatan ini dapat diterapkan pada berbagai jenis komoditas yang dikelola oleh IKM di seluruh Indonesia,” tambahnya.
Baca Juga: Respons Cepat Konflik Keagamaan, Kemenag akan Buat CMS
Salah satu IKM yang berhasill melakukan terobosan produksi berkat penerapan prinsip industri 4.0, yaitu IKM Batik “Butimo” atau CV Batik Teknologi Indonesia yang berhasil memadukan warisan budaya dengan kemajuan teknologi. Melalui penerapan prinsip industri 4.0, Butimo menciptakan mesin CNC (Computer Numerical Control) untuk proses produksi batik tulis yang tidak hanya meningkatkan efisiensi kerja, tetapi juga turut menjaga keaslian dan keberlanjutan seni batik Indonesia.
“Kami senantiasa mendorong para pelaku IKM agar mulai menerapkan teknologi yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan, serta karakteristik usahanya. Pemanfaatan sistem seperti ERP, CNC, perangkat otomasi, maupun mesin digital terbukti mampu memberikan dampak signifikan, termasuk bagi usaha berskala kecil. Keberhasilan Batik Butimo menjadi contoh konkret bahwa transformasi digital dalam IKM bukan hanya memungkinkan, tetapi juga menghasilkan manfaat nyata,” ucap Reni.
Batik Butimo merupakan IKM Batik asal Yogyakarta yang didirikan sejak tahun 2016 oleh Andi Sudiarso, Dosen Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM). Pada tahun 2024, Ditjen IKMA menganugerahkan Penghargaan Upakarti kategori Jasa Pengabdian pada Andi atas kontribusinya dalam menciptakan mesin produksi Batik Tulis (Batik Tulis Tekno), sehingga dapat membantu proses produksi Batik bagi IKM.
Baca Juga: Seluruh Elemen Bangsa Diajak Jadikan Harkitnas Momentum Refleksi
Andi meluncurkan mesin tersebut setelah pengembangan selama 10 tahun yang didasari atas keinginannya untuk melestarikan Batik dan mendukung regenerasi perajin Batik di Indonesia.
Selain inovasi pada proses produksi, Batik Butimo juga menerapkan teknologi digital dalam pelayanan kepada konsumennya. Konsumen dapat memesan batik melalui website Batik Butimo, kemudian desain diproses, dan selanjutnya mesin CNC mengeksekusi desain tersebut secara otomatis. Sistem tersebut mengembangkan transparansi produksi yang membuat konsumen bisa mengetahui sampai tahap mana proses pengerjaan batik yang dipesan. Ini menciptakan kepercayaan dan pengalaman belanja yang baru di industri batik.
Batik Butimo telah menjadi mitra strategis dari ratusan IKM batik. Dalam hal ini, Butimo menyediakan jasa desain dan klowong (proses pemindahan desain dari pola ke kain) juga pelatihan dan konsultasi bagi para perajin batik. Selain itu, Butimo juga menyewakan dan menjual mesin batik Tekno untuk para IKM batik.
Baca Juga: HPM Kembali Perluas Jaringan Layanan Mobil Bekas Bersertifikasi
IKM Batik Butimo telah memiliki sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri bagi Industri Kecil (TKDN-IK) pada produknya, dengan nilai TKDN sebesar 40 persen. “Butimo juga terus memperluas pasarnya dengan telah dimilikinya sertifikat TKDN-IK, sehingga dapat mengakses segmen pengadaan belanja pemerintah,” tambahnya.
Menurut Reni, kontribusi Butimo tidak hanya pada aspek produksi internal, tetapi juga dalam menciptakan ekosistem pemberdayaan IKM batik lainnya. "Ini sejalan dengan semangat kolaborasi dan gotong royong yang menjadi fondasi pengembangan industri nasional,” tuturnya.
Direktur Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, dan Kerajinan, Budi Setiawan menyampaikan bahwa pada tahap produksinya, mesin batik tulis tersebut merupakan kolaborasi batik digital dengan batik manual sehingga tetap menjaga kaidah proses produksi Batik.
Baca Juga: Shabrina Leanor Juara 1 Indonesia Idol 2025
Budi juga menyatakan bahwa teknologi ini bukan batik printing karena proses pengerjaannya tetap menggunakan malam panas dan canting juga menggunakan proses manual dalam finishingnya. “Pada tahap klowong, proses pemindahan desain dengan mesin tersebut hanya memakan waktu sekitar 3 jam, dibandingkan dengan metode klowong tradisional yang biasanya memakan waktu 2 hingga 3 hari, sehingga mesin ini dapat memberikan efesiensi pada proses produksinya,” terangnya.
Mesin tersebut hanya membantu proses desain dan klowong, tepatnya untuk memindahkan desain dari komputer ke kain untuk proses klowong, sedangkan tahapan pewarnaan dan isen-isen (pengisian motif halus) tetap dilakukan oleh perajin batik secara manual dengan menggunakan canting dan malam panas. "Jadi, esensi produksi Batik Tulis sebagai produk handmade tetap terjaga meski dibantu teknologi,” jelas Budi.
Inovasi Batik Butimo juga berhasil menembus panggung internasional. Mesin karya Butimo dipamerkan di ajang Hannover Messe yang merupakan pameran teknologi industri terbesar dunia yang diselenggarakan di Jerman. Kehadiran teknologi lokal dari Indonesia ini mendapat perhatian karena menggabungkan aspek budaya dan teknologi dengan elegan.
“Teknologi ini relevan untuk keberlanjutan budaya. Sebab bukan menggantikan manusia, melainkan mendukung manusia agar tetap bisa berkarya di era digital. Efisiensi waktu bisa dicapai, regenerasi perajin dapat terus ditingkatkan, dan kualitas tetap terjaga,” lanjut Budi.
Andi Sudiarso, sebagai pemilik Butimo terus mendedikasikan diri dan usahanya untuk berkontribusi pada Batik dan perajin Batik melalui mesin ciptaannya maupun upaya-upaya lainnya. Butimo tidak hanya menjual Batik untuk para konsumen, namun juga memiliki berbagai layanan untuk para IKM atau perajin Batik yang meliputi pelatihan, pembinaan, konsultasi, pembelian/sewa pemakaian mesin, hingga maklon pembuatan desain motif.
“Kami melayani segala keperluan IKM. Hanya klowong saja bisa, dengan desain juga bisa, jasa isen-isen bisa, pewarnaan kita siapkan, hingga sampai baju Batik pun kami bisa,” tutup Andi. (*)