Mangupura, warnaberita.com - Puncak Mangu yang berlokasi di kawasan Gunung Catur, Kabupaten Badung, Bali, tepatnya di Banjar Tinggan, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, menjadi salah satu puncak tertinggi di Bali. Bahkan, puncak Mangu menjadi lokasi yang menarik bagi para pecinta hiking atau mendaki.
Selain untuk tujuan refreshing bersama keluarga maupun teman, puncak Mangu juga menjadi salah satu tujuan untuk wisata religi. Hal itu karena di puncak yang berada di ketinggian 2.096 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini, terdapat pura yang dinamakan Pura Puncak Mangu.
Dari informasi yang ada, Pura Puncak Mangu menyimpan sejarah panjang yang dipercaya warga setempat sudah ada sejak zaman dulu. Hal itu karena di kompleks pura ini, terdapat batu lingga berukuran besar di sekitar halaman utama pura, yang diduga sudah ada dari zaman Megalitikum. Dari sejarah masa lalu, Pura Puncak Mangu diyakini merupakan lokasi bertapa pendiri Kerajaan Mengwi, I Gusti Agung Putu.
Baca Juga: Atasi Masalah Sampah, Pemkab Tabanan Perkuat Fungsi TPS3R
Dengan semakin ramainya para pendaki maupun pemedek yang tangkil ke pura Puncak Mangu ini, tentu tidak bisa dihindari adanya sampah yang kemungkinan lupa dibawa kembali oleh pendaki. Terutama sampah plastik yang bila itu terus dibiarkan, akan mengotori kawasan pura maupun area sekitar Puncak Mangu.
Apalagi saat ini, aktivitas hiking atau mendaki, menjadi tren di kalangan anak muda. Namun, selama ini, kesadaran pendaki terhadap kebersihan lingkungan yang mereka kunjungi, masih sangat kurang. Di beberapa puncak tertinggi di Bali, masih banyak ditemukan tumpukan sampah yang berserakan bekas dari para pendaki. Hal ini tentu sangat merusak lingkungan.
Berangkat dari niat baik menjaga hulu, Komunitas Laksana Becik di bawah naungan Yayasan Laksana Becik Bali, menginisiasi kegiatan bersih-bersih di Puncak Mangu, Sabtu (26/4). Kegiatan spontanitas ini dilakukan untuk mengingatkan kembali kepada para pendaki agar selalu ingat untuk selalu membawa kembali sampah sisa makanan.
Baca Juga: Ny. Putri Koster : Sampah Adalah Tanggung Jawab Bersama
Dalam hal ini Ketua Laksana Becik, Putu Resa Kertawedangga mengatakan, para pendaki juga diharapkan ikut peduli terhadap lingkungan yang mereka kunjungi saat mendaki. Minimal, sampah yang dibawa atau sisa makanan saat mendaki, agar dibawa kembali, dan jangan dibuang sembarangan di puncak. Hal ini penting selalu diingatkan, karena menjaga lingkungan bersih dan sehat menjadi tanggung jawab bersama.
“Kami dari komunitas Laksana Becik berusaha untuk terus mengingatkan kepada para pendaki, agar selalu ingat membawa kembali sampah sisa makanan. Tentu hal ini untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih, terutama dari sampah plastik,” kata Ketua Laksana Becik, Putu Resa Kertawedangga.
Kegiatan bersih gunung ini kata Resa, akan terus dilakukan kedepannya. Meski kata dia, pembersihan yang dilakukan belum maksimal, namun ia kembali menegaskan, upaya ini sebagai langkah untuk edukasi atau mengingatkan kembali untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. Seperti slogan dari komunitas Laksana Becik, yakni Lingkungan Bersih, untuk Masa Depan.
Baca Juga: Menteri LH Dukung Gerakan Bali Bersih Sampah Jadi Gerakan Kolektif
“Mari bersama menjaga lingkungan agar tetap bersih. Jadi jangan nyampah (buang sampah sembarangan),” pungkasnya.(*)