Mataram, warnaberita.com – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie optimis terhadap masa depan riset Indonesia, terutama melalui kolaborasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, kampus, mitra lokal dan global.
Hal ini disampaikannya pada acara Pemaparan Riset Unggulan Universitas Mataram (Unram), Minggu (18/5/2025).
"Saya ingin meyakinkan para mitra internasional bahwa Indonesia siap berbenah. Kami ingin membangun universitas sebagai pusat sains dan teknologi yang akan memajukan bangsa,” kata Stella.
Baca Juga: AirAsia RedRun 2025 Sukses Digelar di The Nusa Dua
Dia mendorong pengembangan Blue Economy sebagai salah satu strategi utama membangun kemajuan bangsa.
“Blue Economy adalah sesuatu yang tertuang dalam Asta Cita Nomor 2. Tentu saja, kita sangat perlu riset yang dilakukan oleh masing-masing universitas. Hal ini menjadi kekuatan yang luar biasa dari Universitas Mataram,” papar Stella.
Dalam forum ini, sejumlah peneliti Unram memresentasikan hasil riset unggulan yang berdampak langsung terhadap penguatan ekonomi lokal dan nasional.
Baca Juga: Industri Waralaba Didorong Turut Majukan UMKM dan Tingkatkan Rasio Wirausaha
Stella mengapresiasi inovasi yang telah dilakukan oleh para peneliti Unram, seperti riset lobster, rumput laut, hingga gaharu.
Dia menyebut bahwa riset-riset tersebut tidak hanya menunjukkan kapasitas akademik Unram, tetapi juga menjadi bagian penting dari Asta Cita Nomor 2 tentang pembangunan ekonomi biru dan Nomor 5 mengenai hilirisasi industri nasional.
Salah satu peneliti Unram, Eka memaparkan risetnya terkait pengembangan rumput laut tahan iklim di Asia Tenggara.
Baca Juga: Menteri UMKM Dorong Pengutamaan Sanksi Administratif Jika ada UMKM Langgar Aturan
Penelitian ini menjadi sangat relevan di tengah tantangan penurunan produksi nasional.
Senada dengan Eka, Stella juga menekankan pentingnya optimalisasi potensi rumput laut sebagai kekuatan strategis bangsa.
Dia menyebut, meskipun Indonesia menjadi produsen utama rumput laut tropis, nilai ekonominya belum maksimal karena minimnya hilirisasi.
Baca Juga: Kementerian Ekraf Bahas Penguatan Industri Batik Daerah bersama Yayasan Batik Jawa Barat
"Tantangan terbesar kita adalah belum melakukan hilirisasi. Presiden sudah sangat jelas menyampaikan bahwa hilirisasi adalah prioritas strategis bangsa,” tegas Stella.
Rektor Universitas Mataram, Bambang Hari Kusumo, menyoroti kekayaan hayati NTB yang besar, seperti lobster, rumput laut, mutiara, dan udang.
Ia menekankan perlunya inovasi dalam budidaya benih lobster secara berkelanjutan.
Baca Juga: Wamenekraf Hadiri Launching Buku A Kind of Magic, Buku Fotografi Warisan Nostalgia
Selain itu, sejumlah hasil riset strategis juga turut dipaparkan dalam acara tersebut, antara lain Mulyanto yang memresentasikan pengembangan Rapid Kit Deteksi COVID-19 pertama buatan Indonesia, serta riset vaksin Hepatitis B yang telah diakui secara global.
Ada pula Dahlanuddin mengangkat inovasi produksi daging sapi premium lokal melalui pakan berbasis lamtoro (Lauceana).
Sementara itu, Muhammad Ali menjelaskan pemanfaatan mikrobiom ternak dan skrining aktivitas mikroba untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
Suwardjipun berkesempatan menyampaikan pengembangan tanaman porang yang sebelumnya tumbuh liar di hutan menjadi komoditas unggulan di Lombok Utara.
Tri Mulyaningsih menjelaskan pengembangan teknologi gaharu melalui pemanfaatan mikroba pencipta gubal gaharu berkualitas tinggi dengan aroma khas.
“Tidak ada negara di dunia yang menjadi negara dengan ekonomi yang kuat tanpa menjadikan sains dan teknologi, kekuatan penyokongnya. Kita ingin membangun ekosistem riset agar benar-benar bisa berdampak. Diktisaintek Berdampak bukan hanya slogan, tapi arah nyata kerja kita bersama,” ucap Stella. (*)