Denpasar, warnaberita.com – Upaya pelestarian adat dan budaya Bali terus digalakkan Pemerintah Kota Denpasar bersama lembaga keagamaan.
Salah satunya diwujudkan melalui pelatihan pembuatan Banten Otonan Ayaban Tumpeng Pitu yang digelar pada Sabtu (17/5) pagi di Balai Banjar Pengukuh, Desa Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pemkot Denpasar bekerja sama dengan Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota Denpasar, dengan peserta puluhan ibu-ibu PKK dari lingkungan setempat. Pelatihan ini tidak hanya bertujuan untuk mengajarkan keterampilan membuat banten, namun juga memberikan pemahaman mendalam tentang filosofi dan makna spiritual dari setiap komponen banten yang dibuat.
Baca Juga: Pemkot Denpasar Gencarkan Perbaikan dan Penggantian Lampu Jalan di 108 Titik
Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kota Denpasar, Ny. Ida Ayu Widnyani Wiradana yang hadir dalam kegiatan tersebut mengungkapkan pentingnya pelatihan ini dilaksanakan secara berkelanjutan. Menurutnya, Banten Otonan merupakan salah satu jenis banten yang sangat penting dan dibutuhkan dalam upacara keagamaan Hindu, khususnya yang dilaksanakan setiap enam bulan sekali untuk memperingati hari kelahiran seseorang secara spiritual.
“Melalui pelatihan ini, kami harapkan para peserta, khususnya kaum ibu, tidak hanya memahami teknik membuat banten, tetapi juga mampu menerapkan dan memahami makna filosofisnya sesuai ajaran dalam Sastra Agama Hindu,” ujarnya.
Dalam pelatihan tersebut, hadir pula Sekretaris Kecamatan Denpasar Utara, I Wayan Aryanta, Perbekel Desa Peguyangan Kangin, Wayan Susila, serta tokoh masyarakat dan adat setempat. Acara berjalan khidmat dan penuh antusiasme dari para peserta.
Baca Juga: Dinsos Denpasar Jemput Bola Tangani Masalah Sosial di 43 Desa/Kelurahan
Sebagai narasumber utama, Ni Wayan Sukerti dari WHDI Denpasar memaparkan bahwa pelatihan ini mengajarkan secara rinci tahapan pembuatan Banten Otonan Ayaban Tumpeng Pitu, yang terdiri dari komponen seperti Pejati, Gebogan, Pengambean, Peras Soda, serta Sesayut dan Segehan Manca Warna. Ia juga memberikan pemahaman filosofis dari masing-masing bagian banten dan menjelaskan fungsi serta makna spiritualnya.
“Pelatihan ini juga menjadi ruang interaktif bagi peserta untuk bertanya dan berbagi pengalaman terkait tradisi membuat banten di lingkungan masing-masing,” jelasnya.
Sukerti menambahkan, pelatihan seperti ini merupakan program tahunan WHDI Denpasar yang digelar sebanyak delapan kali dalam setahun, menyasar seluruh kecamatan secara bergilir. Tahun ini, program telah dimulai sejak 7 Mei dan akan berakhir pada 19 Mei 2025.
Baca Juga: Sosialisasikan Pencegahan Narkoba, Pemkot Denpasar Sasar SMKN 1 Denpasar
Salah satu peserta pelatihan, Kadek Suardani, menyampaikan rasa syukur dan antusiasmenya atas terselenggaranya kegiatan ini. Ia mengaku semakin percaya diri dalam membuat banten dan lebih memahami maknanya.
“Pelatihan ini sangat membantu kami sebagai ibu-ibu rumah tangga dalam melestarikan adat budaya. Di Bali, upacara agama adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, sehingga kemampuan membuat banten sangat dibutuhkan,” ungkapnya.
Baca Juga: Sekda Gianyar Tinjau Langsung Seleksi PPPK Tahap II di UT Denpasar
Melalui pelatihan ini, Pemkot Denpasar dan WHDI berharap masyarakat, khususnya perempuan, dapat terus melestarikan warisan budaya Hindu Bali sekaligus memperkuat spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari.(*)