Jakarta, warnaberita.com - Proses seleksi Musabaqah Qira’atil Kutub Nasional (MQKN) ke-VIII berbasis Computer Based Test (CBT) digelar serentak pada 17–19 Juni 2025.
Kegiatan ini dibuka Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Amin Suyitno, di Jakarta pada Selasa (17/6).
Mengutip laman Kemenag, seleksi MQKN 2025 ini berbeda dari tahun sebelumnya. Kali ini semua dilaksanakan secara digital.
Baca Juga: Presiden FIA Akan Buka Kejuaraan Anggar Asia 2025
Suyitno menegaskan bahwa pesantren telah siap menghadapi era transformasi digital.
“Selama ini pesantren identik dengan pendekatan tradisional, dan ini membuktikan ternyata kita tidak kalah dalam mengikuti perkembangan teknologi digital yang terus berkembang,” ujar Suyitno.
Amin menjelaskan, pelaksanaan seleksi secara digital sesuai arahan Menteri Agama, Nasaruddin Umar. Kementerian Agama menjadikan digitalisasi tata kelola sebagai salah satu program unggulan.
Baca Juga: Tiga Negara Arab Mundur dari Kejuaraan Anggar Asia 2025, Ini Alasannya
Direktur Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Basnang Said, menyampaikan bahwa babak final akan digelar secara luring pada 1–7 Oktober 2025, di Pondok Pesantren As’adiyah, Wajo, Sulawesi Selatan.
Menurutnya, pelaksanaan CBT merupakan bagian dari visi besar untuk mendorong transformasi digital dalam pelayanan pendidikan Islam.
“Ini bukan hanya menghadirkan transparansi, tapi juga mendobrak sekat-sekat geografis yang selama ini menjadi kendala akses pendidikan,” jelas Basnang.
Baca Juga: Usai di Singapura, Prabowo Bertolak ke Rusia
Tak hanya berbasis digital, MQK tahun ini tak hanya dilaksanakan pada level nasional, melainkan juga diarahkan menuju level internasional dengan menjangkau wilayah Asia Tenggara.
“Ini adalah langkah baru yang menunjukkan bahwa MQK telah naik kelas menjadi ajang yang berskala internasional. Para santri dan mahasantri, khususnya dari Ma’had Aly, harus mempersiapkan diri untuk bersaing secara sehat dengan peserta dari negara-negara tetangga,” ujarnya.
Hal ini juga, lanjut Suyotno, menunjukkan keberhasilan dari gagasan Menteri Agama yang secara konsisten mengarahkan agar pesantren hadir di panggung dunia, sesuai dengan semangat go international dan go to global era.
Baca Juga: Perlindungan Anak Tak Cukup Regulasi, Perlu Peran Aktif Ortu hingga Komunitas
“Menurut saya, MQK tahun ini menjadi simbol pergerakan from local to global, dari isu lokal menuju kontribusi global, dan MQK adalah salah satu pintu masuk menuju ke sana,” ungkapnya.
Suyitno pun mengapresiasi tema "Dari Pesantren untuk Dunia: Merawat Lingkungan dan Menebar Perdamaian dengan Kitab Turats”. Menurutnya Ini adalah tema yang berani sekaligus menantang, untuk membuktikan bahwa pesantren go internasional secara pemikiran.
“Menurut saya, ada dua makna penting dari tema ini. Pertama, membangun ekoteologi, sebuah pendekatan keagamaan yang berakar pada religiusitas dan pesantren berada di jantungnya. Kedua, menebar perdamaian. Tema ini sangat relevan ketika kitab turats mampu diaplikasikan sebagai instrumen penyebar kedamaian di tengah konflik yang tengah terjadi,” jelasnya.
Baca Juga: RUU Penyiaran Jadi Prioritas Legislasi
Ia pun berharap, MQK tahun ini dapat memberikan kontribusi nyata, baik di level nasional maupun internasional. Ia pun mengajak seluruh peserta membuktikannya dalam ajang ini, “Semoga Anda semua menjadi bagian dari peserta terbaik yang tidak hanya membawa pulang piala, tetapi juga membawa misi besar yaitu mewujudkan tema besar kita bersama,” ucapnya. (*)