Banjarmasin, warnaberita.com - Di tengah tantangan kompleks dunia pendidikan tinggi di Indonesia, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) memberikan komitmennya dalam memperkuat sumber daya manusia (SDM) di perguruan tinggi.
Salah satu langkah konkret yang sedang digencarkan adalah pengembangan program pascasarjana dalam negeri yang terintegrasi dengan pengalaman internasional serta percepatan jenjang master dan doktoral bagi lulusan unggul, yang kemudian akan dihubungkan dengan kebutuhan sumber daya di perguruan tinggi.
Dalam forum pertemuan bersama lebih dari 50 pimpinan PTS di Kalimantan, Kamis, 17 April 2025, Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Khairul Munadi, menyampaikan bahwa penguatan SDM untuk menjawab keresahan di lingkungan pendidikan tinggi menjadi salah satu prioritas.
Baca Juga: Dirjen Sains dan Teknologi Kemdiktisaintek Serap Aspirasi Literasi Masyarakat Kalimantan Selatan
“Kami sedang mengupayakan untuk memperbanyak program pascasarjana di Indonesia dengan tetap memberikan pengalaman internasional, misalnya dengan skema 3 tahun di dalam negeri dan 1 tahun di luar negeri. Ini juga menjadi bagian dari strategi efisiensi pembiayaan agar semakin banyak yang bisa dijangkau,” kata Khairul dalam forum tersebut.
Selain itu, percepatan jenjang master dan doktoral juga menjadi salah satu strategi kunci, di mana mahasiswa berprestasi lulusan sarjana kini diberikan peluang untuk langsung mengikuti program percepatan studi, dengan masa tempuh master hanya satu tahun, kemudian dilanjutkan program doktoral.
Sejauh ini, hasil riset dan publikasi yang dihasilkan dari skema tersebut cukup menakjubkan dan mampu menunjukkan bahwa banyak mahasiswa Indonesia yang memiliki potensi akademik tinggi jika diberikan dukungan sistemik.
Baca Juga: Kunjungi SLB Negeri 1 Makassar, Kemdiktisaintek Perkuat Komitmen Pendidikan Inklusif
Selain itu, program ini juga diarahkan untuk menjawab kebutuhan tenaga pengajar, terutama di bidang pendidikan vokasi.
“Tidak sedikit anak muda kita yang sebenarnya punya minat akademik yang kuat. Jika mereka bisa terhubung dengan jalur pengembangan SDM yang tepat dan terintegrasi, mereka dapat langsung berkontribusi untuk mengajar di perguruan tinggi vokasi setelah lulus,” imbuh Khairul.
Menjawab keresahan terkait jumlah peserta didik di pendidikan tinggi vokasi, Khairul juga menyoroti pentingnya pencitraan merk (rebranding) pendidikan vokasi yang selama ini dipersepsikan sebagai pilihan kedua.
Baca Juga: Kemdiktisaintek dan KLH Dorong Peran Kampus dalam Pembangunan Lingkungan Berkelanjutan
“Saat ini sedang dilakukan berbagai upaya agar kita dapat mengurangi gap yang ada antara pendidikan vokasi dengan sarjana. Ini juga harus kita dukung bersama, agar pendidikan vokasi dapat menjadi pilihan utama bagi calon mahasiswa yang memang memiliki minat pada pendidikan tinggi yang berbasis pada praktik,” jelas Khairul.
Hal ini meliputi penguatan program vokasi, pemberian gelar akademik terapan yang lebih spesifik, serta perluasan kerja sama dengan industri dan dunia usaha.
Di sisi lain, Dirjen Khairul Munadi juga tengah mereformasi regulasi untuk membuka jalan bagi pengembangan program studi dan cabang baru, khususnya di perguruan tinggi swasta yang memenuhi kriteria.
Baca Juga: Semangat Kartini, DWP Kemdiktisaintek Gelar Seminar Pencegahan Kanker
Konsolidasi dan penertiban sistem perizinan kini dilakukan secara lintas lembaga dengan pendekatan kolaboratif.
“Penguatan SDM tidak cukup hanya dari sisi kuantitas, tetapi juga harus menyasar kualitas, relevansi, dan daya saing global,” pungkas Khairul. (*)