Jakarta, DENPOST.id - Tidak hanya bagi anak normal, pendidikan dan sekolah juga menjadi ruang bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk mengembangkan potensi dan mengekspresikan diri.
Untuk itulah, pemerintah terus berupaya meningkatkan layanan pendidikan khusus yang bermutu, salah satunya melalui revitalisasi sekolah luar biasa (SLB).
Dilansir dari laman kemendikdasmen.go.id, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meluncurkan program Perbaikan Sarana dan Prasarana Pendidikan (PSPP) bertepatan pada peringatan Hardiknas beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Prabowo Ungkap Pembangunan 100 Sekolah Berasrama Per Tahun
Program ini menjadi bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) Presiden, di mana salah satunya adalah perbaikan sarana dan prasarana satuan pendidikan di bawah pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK), Kemendikdasmen, termasuk SLB.
SLB Negeri (SLBN) Slawi, Tegal, Jawa Tengah menjadi salah satu penerima manfaat dari program PSPP.
Satu-satunya SLBN di Kabupaten Tegal ini akan direvitalisasi dengan membangun ruang pembelajaran khusus, yakni Ruang Bina Diri dan Ruang Bina Wicara.
Baca Juga: Prabowo Bertemu Bill Gates, Ini yang Dibahas
Kepala SLBN Slawi, Ninik Basri Martini, mengatakan bahwa ruang pembelajaran khusus diperlukan karena selama ini pembelajaran khusus, seperti Bina Diri dan Bina Wicara, masih dilakukan di ruang kelas biasa.
Selain itu, para siswa tunarungu dan tunagrahita juga harus bergantian memanfaatkan ruangan untuk pembelajaran khusus karena terbatasnya ruang kelas.
"Kondisi ini sangat tidak efektif dan tidak nyaman bagi ABK dan membuat capaian pembelajaran menjadi kurang optimal," kata Ninik.
Baca Juga: BPOM-PSI Perkuat Kerja Sama Atasi Obat Palsu
Tunagrahita sendiri merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut individu yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) secara signifikan di bawah rata-rata.
Mereka mengalami hambatan masa perkembangan, mental, emosi, sosial, dan fisik sehingga tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Bina Diri menjadi pembelajaran dasar bagi anak tunagrahita yang berkaitan dengan kemampuan untuk memelihara atau merawat diri, termasuk aktivitas dan keterampilan hidup sehari-hari.
Baca Juga: Pembahasan RUU PPRT Masih Tunggu Masukan dari Semua Pihak
Melalui pembelajaran ini, anak-anak diajarkan hal-hal mendasar, seperti mandi, memakai baju, menyisir rambut, memperkenalkan anggota tubuh, hingga aktivitas sehari-hari lainnya.
Sementara itu, Ruang Bina Wicara merupakan ruang latihan wicara perseorangan bagi peserta didik tunarungu.
Ruangan ini biasanya dirancang kedap suara dengan sejumlah peralatan, seperti speech trainer unit, sehingga guru dapat memberikan pelatihan atau terapi bagi anak-anak tunarungu dalam hal pengucapan kata.
Baca Juga: Pemkab Jembrana Dorong Jalur Tol Gilimanuk–Mengwi Terintegrasi dengan Potensi Daerah
Selain ruang pembelajaran khusus, di SLB Putra Bakti, Pagelaran, Pringsewu, Lampung, program PSPP dimanfaatkan untuk membangun ruang keterampilan tata boga.
Sejak awal berdiri pada tahun 2022 lalu, SLB swasta yang menampung semua ketunaan ini memang fokus pada pengembangan vokasional yang diharapkan dapat melatih kemandirian siswa setelah lulus sekolah, di mana salah satunya adalah keterampilan tata boga.
“Tapi ruang keterampilan kami sangat terbatas, padahal peminat program vokasional, khususnya tata boga ini banyak,” kata Nurhayati, Kepala SLB Putra Bakti.
Direktur Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi PKPLK, Saryadi, mengatakan bahwa tahun ini ada sekitar 155 SLB yang akan direvitalisasi melalui program PSPP tersebut.
Direktur Saryadi berharap, revitalisasi ini dapat meningkatkan layanan pendidikan khusus di Indonesia untuk mendukung pengembangan potensi anak kebutuhan khusus.
“Indonesia masih menghadapi tantangan dalam pengembangan potensi anak berkebutuhan khusus. Dengan revitalisasi ini, ABK diharapkan akan semakin nyaman bersekolah dan dapat mengembangkan potensi diri mereka," kata Saryadi. (*)