Surabaya, warnaberita.com - Startup binaan Badan Pengembangan Bisnis Rintisan dan Inkubasi (BPBRIN) Universitas Airlangga (Unair), Markaswalet, menjalin kerja sama strategis dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.
Melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH), kerja sama tersebut bertujuan meningkatkan kapasitas ribuan petani walet di seluruh kabupaten di Kalimantan Timur.
Kegiatan ini terwujud melalui pelatihan Training of Trainer (ToT) yang diadakan di Samarinda, Kalimantan Timur.
Baca Juga: Beri Semangat, Mendikdasmen Kunjungi Guru Korban Kecelakaan di Magelang
Selain mengedukasi para petani, pelatihan ini juga menjadi momentum peluncuran aplikasi Markaswalet.
Markaswalet merupakan platform digital berbasis teknologi yang dirancang khusus untuk mendampingi proses budi daya walet dari hulu ke hilir.
“Sarang burung walet masih menjadi komoditas unggulan karena nilai jualnya yang tinggi serta potensinya sebagai produk ekspor. Oleh karena itu, perlu dukungan teknis, pembinaan, dan fasilitas yang berkelanjutan agar peternak mampu meningkatkan produktivitas dan mutu hasil budi daya,” ujar Ihyan Nizam, Plt Kepala Bidang Perbibitan, Pakan, dan Produksi Peternakan DPKH Kaltim.
Baca Juga: Bupati Badung Lantik Ribuan ASN Baru, Tekankan Loyalitas dan Kecepatan Layanan Publik
Markaswalet, yang digagas oleh 95 persen alumni Unair dari berbagai latar belakang keorganisasian, menghadirkan solusi teknologi pertanian (agroteknologi) untuk menjawab kebutuhan petani walet.
Aplikasi yang diluncurkan dalam pelatihan ini memungkinkan petani mencatat hasil panen, memantau suhu dan kelembaban secara real-time, serta mendeteksi gangguan dari hewan pengganggu melalui sistem MataWallet Pro, teknologi berbasis kamera IoT yang terintegrasi.
“Kami ingin petani tidak hanya mencatat panennya, tapi juga belajar budi daya dengan materi yang terstruktur. Selama ini mereka hanya mengandalkan YouTube, yang kadang tidak menyeluruh. Aplikasi ini juga bisa bantu mereka mendapatkan sertifikasi VKN,” jelas Maulana Satria Aji, Chief Business Development Markaswalet.
Baca Juga: Ketua DPR RI Respons Usulan Kenaikan Dana Parpol
Lebih dari itu, Markaswalet juga memperkenalkan produk seperti parfum walet yang telah digunakan oleh lebih dari 10 ribu petani di berbagai wilayah.
Produk ini terbukti mampu mempercepat pertumbuhan koloni walet dan meningkatkan efisiensi produksi.
Menurut Maulana, kehadiran Markaswalet turut menjembatani aspirasi petani yang selama ini merasa belum terfasilitasi secara menyeluruh oleh kebijakan pemerintah.
Baca Juga: Pemkab Badung Dorong Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Budaya
Kolaborasi dengan DPKH Kalimantan Timur menjadi titik awal lahirnya model kerja sama yang mengedepankan edukasi sebelum regulasi.
“Petani tidak akan keberatan jika pemerintah hadir sejak awal proses, bukan hanya menarik pajak. Kami ajak pemerintah untuk turun langsung bantu pengadaan parfum, alat, dan edukasi. Respons dari petani sangat positif, dan ini jadi pelajaran bagi semua pihak,” tambah Maulana.
Ke depan, Markaswalet menargetkan perluasan ke wilayah lain, termasuk ke wilayah Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Baca Juga: Tiga Sekehe Gong Kebyar Duta Denpasar Siap Tampil Terbaik di PKB XLVII Tahun 2025
“Kami membentuk komunitas-komunitas lokal agar tercipta pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan. Edukasi menjadi fondasi agar petani mandiri, produktif, dan siap masuk ke rantai pasok ekspor,” tutup Maulana. (*)