Buleleng, warnaberita.com - Nilai-nilai luhur Subak sebagai warisan budaya tak benda dunia kembali ditekankan pentingnya dalam menghadapi tantangan zaman.
Subak bukan sekadar sistem irigasi atau tata kelola pertanian semata, melainkan perwujudan dari filosofi Tri Hita Karana, yakni keharmonisan antara manusia dengan Tuhan (Parahyangan), manusia dengan sesama (Pawongan), dan manusia dengan alam (Palemahan).
Ketiga pilar inilah yang menjadikan Subak ajeg dan lestari hingga kini.
Di tengah arus modernisasi yang cepat, upaya pelestarian Subak terus diperkuat, khususnya di Kabupaten Buleleng. Hal ini sejalan dengan arahan Dinas Kemajuan Masyarakat Adat Provinsi Bali yang meminta pendataan ulang terhadap seluruh Subak dan Subak Abian di wilayah tersebut.
Baca Juga: Permudah Akses Obat Pasien Penyakit Kronis, Dinkes Buleleng Perluas Layanan Farmasi Puskesmas
Kepala Bidang Adat dan Tradisi, Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Gede Angga Prasaja, menyampaikan bahwa program pendataan ini tidak hanya menyasar sistem Subak, tetapi juga menjangkau petani muda di desa adat. Dinas Kebudayaan menggandeng Dinas Pertanian untuk memberikan motivasi dan edukasi melalui penyuluh pertanian.
“Ini bukan semata data statistik. Ini adalah langkah strategis untuk memastikan bahwa generasi muda mengenal, memahami, dan mencintai dunia pertanian dan filosofi Subak,” ujar Angga di ruang kerjanya, Selasa (27/5).
Sebagai tindak lanjut, Dinas Kebudayaan telah merancang program inovatif untuk tahun anggaran 2026 berupa lomba pembuatan video konten kreatif bagi siswa SMA/SMK dan yowana di seluruh Buleleng. Inisiatif ini diharapkan dapat membangun daya tarik di kalangan muda terhadap dunia pertanian.
Baca Juga: Program Makan Bergizi Gratis di Buleleng, 1.844 Siswa Jadi Penerima Manfaat
“Ketika generasi muda mulai tertarik, akan tumbuh rasa memiliki. Rasa bangga terhadap budaya sendiri akan mendorong keterlibatan aktif mereka dalam Subak,” lanjut Angga.
Ia menekankan, ini merupakan salah satu cara efektif menjawab kekhawatiran atas menurunnya minat menjadi petani.
Kepala Bidang Prasarana dan Sarana, Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, Made Siladharma, menambahkan bahwa pihaknya terus mendampingi Subak melalui penyuluhan teknis dan bantuan infrastruktur.
Baca Juga: Buleleng Siap Dukung Transformasi Posyandu Jadi Pusat Pelayanan Dasar Masyarakat
“Kami fokus pada peningkatan efisiensi irigasi melalui rehabilitasi jaringan yang ada. Bantuan alat, benih, dan pupuk juga kami salurkan sesuai kebutuhan masing-masing Subak,” ungkap Made.
Langkah-langkah sinergis ini menjadi kunci menjaga Subak tetap hidup, bukan hanya sebagai sistem bertani, tapi sebagai identitas kultural dan spiritual masyarakat Bali. Di tengah perubahan zaman, nilai-nilai Subak menjadi penanda bahwa kemajuan tetap bisa berjalan seiring dengan pelestarian budaya.(*)