Tekan Angka Kematian Jemaah Haji, Ini Strategi Kemenkes

Oleh Embun BeningWednesday, 4th June 2025 | 01:01 WIB
Tekan Angka Kematian Jemaah Haji, Ini Strategi Kemenkes
Angka kematian jemaah haji yang cukup tinggi pada musim haji tahun ini menjadi perhatian serius bagi Tim Amirul Hajj. (warnaberita.com/biro komunikasi kemenkes ri)

Makkah, warnaberita.com - Direktur Jenderal SDM Kesehatan Kementerian Kesehatan, Yuli Farianti, mengatakan bahwa untuk menekan kematian jemaah, khususnya pada saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), strategi yang diterapkan adalah menyatukan PPIH Arab Saudi Bidang Kesehatan dengan Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK) untuk mendampingi jemaah.

“Para dokter spesialis akan standby di markas tersebut. Para dokter dan perawat akan mengisi markaz yang TKHK-nya sedikit, sementara jumlah jemaahnya banyak,” ujar Yuli.

Kepala BPOM, dr. Taruna Ikrar, yang juga merupakan anggota Tim Amirul Hajj, mengatakan bahwa angka kematian jemaah haji yang cukup tinggi pada musim haji tahun ini menjadi perhatian serius bagi Tim Amirul Hajj.

Baca Juga: AI Harus Berorientasi Pada Kebermanfaatan Publik

“Ini satu minggu sebelum puncak haji, data yang meninggal dunia lebih tinggi dari tahun lalu pada hari yang sama. Saat ini ada 108 orang jemaah yang meninggal dunia,” ungkap dr. Taruna Ikrar.

Lebih lanjut ia menyerukan agar seluruh potensi yang dimiliki Indonesia dimaksimalkan untuk memberikan pelayanan terbaik dan menekan angka kematian di kalangan jemaah.

“Dalam kondisi tertentu, tidak mungkin dokter-dokter di sini yang jumlahnya terbatas bisa menangani dua jutaan orang jemaah. Sudah tepat langkah pemerintah Indonesia yang membawa petugas kesehatan ke sini untuk mendampingi para jemaah,” ujarnya.

Baca Juga: Kasus Ayam Widuran Jadi Sorotan Legislator, Pengawasan Dinilai Lemah

Di sisi lain, ia juga mendengar bahwa saat ini terdapat permasalahan di mana petugas kesehatan tidak dapat melayani jemaah karena persoalan izin operasional klinik dan praktik.

“Sebab sesuai aturan, tempat pelayanan dan petugas kesehatan yang bertugas di suatu negara harus memiliki izin operasional/praktik di wilayah tersebut,” ungkap dr. Taruna.

Dikatakan pula, untuk menangani permasalahan tersebut, ia akan berbicara dengan Menteri Kesehatan Arab Saudi, mengingat ada lebih dari 200 ribu jemaah haji Indonesia yang perlu dilayani oleh para petugas kesehatan.

Baca Juga: Gelar Digiland 2025, Telkom Gandeng Jejakin Hitung Jejak Karbon

“Saya mendengar pelayanan kesehatan di sini (KKHI) kurang optimal karena permasalahan izin operasional. Banyak jemaah meninggal di hotel karena menahan rasa sakit. Mereka merasa stres jika harus dirujuk dan dirawat di RS sini, tidak ada teman, tidak bisa berkomunikasi karena tidak mengerti bahasanya. Jadi, saya bersama Amirul Hajj akan berbicara dengan Menteri Haji dan Menteri Kesehatan Arab Saudi,” pungkasnya. (*)

Sumber: Kemenkes
© 2025 Warnaberita.com - All Rights Reserved
Warnai Hidup dengan Ragam Berita