Bali, warnaberita.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyiapkan strategi komprehensif untuk mengeliminasi malaria secara nasional, dengan fokus khusus di wilayah Papua.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa keberhasilan di Papua akan menjadi penentu utama tercapainya target Indonesia bebas malaria pada 2030.
“Kalau kita bisa selesaikan malaria di Papua, maka kita bisa selesaikan malaria di seluruh Indonesia,” kata Budi dalam konferensi pers Asia Pacific Leaders’ Summit on Malaria Elimination ke-9 di Bali, Selasa (17/6/2026).
Baca Juga: Dorong Pangan Lokal, Diperpa Badung Gelar Pelatihan Olahan Non-Beras
Dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, sebanyak 476 atau sekitar 79 persen telah mencapai status eliminasi.
Namun, lebih dari 93 persen beban kasus malaria nasional masih terkonsentrasi di Papua, wilayah yang memiliki tantangan geografis, sosial, dan aksesibilitas yang kompleks.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Kemenkes mengedepankan beberapa pendekatan utama.
Baca Juga: Kolaborasi IP Lokal dan Dunia Otomotif: Kementerian Ekraf Pamerkan Mobil Balap Kreatif
Langkah pertama adalah pencegahan berbasis lingkungan guna mengurangi habitat nyamuk pembawa malaria. Langkah kedua adalah perlindungan masyarakat melalui distribusi kelambu berinsektisida.
“Dengan bantuan dari Global Fund, sebanyak 3,3 juta kelambu telah kami distribusikan ke masyarakat secara rutin. Ini bagian penting dari pencegahan,” jelas Budi.
Langkah ketiga adalah inovasi melalui Mass Drug Administration (MDA) atau pemberian obat pencegahan malaria secara massal di suatu wilayah.
Baca Juga: Menteri Ekraf-Mentrans Bahas Penguatan Ekraf di Kawasan Transmigrasi
Uji coba MDA yang telah dilakukan di dua kota menunjukkan penurunan insiden malaria hingga 50 persen. Namun, pelaksanaan program ini membutuhkan biaya tinggi sehingga saat ini sedang dievaluasi dari segi efisiensi dan keberlanjutannya.
Dalam aspek kuratif, Budi memastikan bahwa pengobatan tersedia secara luas. Ia menegaskan pentingnya deteksi dini dan pengobatan cepat bagi siapa pun yang terinfeksi malaria.
Dia juga menyoroti pentingnya kerja sama lintas negara dalam upaya eliminasi, mengingat nyamuk pembawa malaria tidak mengenal batas wilayah administratif. Oleh karena itu, dua kesepakatan penting akan dicapai dalam forum ini. Pertama, komitmen seluruh gubernur di Papua untuk mengejar target eliminasi malaria pada 2030.
Baca Juga: Prabowo Lakukan Upacara Penghormatan di Piskarovskoye Memorial Cemetery
“Kedua, kami juga menandatangani joint action plan dengan pemerintah Papua Nugini, karena kita berada di satu daratan. Ini dua hal yang kami harapkan bisa menjadi hasil konkret dari pertemuan ini,” papar Budi.
Sebagai informasi, malaria merupakan salah satu dari empat penyakit menular utama yang ditularkan oleh nyamuk, selain demam berdarah, Japanese encephalitis, dan chikungunya. Meski angka kematian akibat malaria di Indonesia berkisar sekitar 130 kasus per tahun, penyakit ini tetap menjadi penyebab kematian tertinggi dibandingkan tiga penyakit tersebut.
Baca Juga: Prabowo Melawat ke Rusia, Penuhi Undangan Resmi Putin
“WHO menargetkan eliminasi malaria secara global pada 2030. Untuk Indonesia, tantangan utamanya memang ada di Papua. Tapi dengan strategi yang tepat dan dukungan lintas sektor, saya yakin kita bisa mencapainya,” pungkas Budi.
