Bali, warnaberita.com - Global Cervical Cancer Elimination Forum ke-2 diselenggarakan bersama oleh Pemerintah Indonesia, Gates Foundation, Pemerintah Spanyol dan Australia, World Health Organization (WHO), Gavi the Vaccine Alliance, Unitaid, UNICEF, World Bank, dan Global Financing Facility.
Acara ini menghimpun sekitar 300 peserta dari tanggal 17–19 Juni 2025 di Bali, dan menjadi wadah strategis untuk mendorong komitmen baru dan memperkuat komitmen yang telah ada dalam rangka eliminasi kanker serviks.
Forum ini bertujuan mempercepat kemajuan dalam menurunkan angka kematian akibat kanker sebesar sepertiga pada 2030 serta mendukung pencapaian target Global Strategy WHO, yaitu 90% cakupan vaksinasi HPV untuk anak perempuan usia 15 tahun, 70% perempuan diskrining menggunakan tes berkinerja tinggi pada usia 35 dan 45 tahun, dan 90% perempuan yang terdiagnosis penyakit serviks menerima pengobatan yang efektif.
Baca Juga: Bupati Sutjidra Lantik 3.692 ASN Baru di Buleleng
Forum ini dihadiri delegasi tingkat tinggi di bidang kesehatan, termasuk Menteri Kesehatan dari Fiji, Kiribati, Papua Nugini, Rwanda, Timor-Leste, dan Vanuatu, serta Wakil Menteri dari Kosta Rika, Paraguay, dan Afrika Selatan. Selain itu, perwakilan dari negara lain seperti Australia, Bhutan, Brasil, Kamboja, Republik Demokratik Kongo, Republik Dominika, Guatemala, Malaysia, Meksiko, Mozambik, Nigeria, Filipina, Samoa, Sierra Leone, Singapura, dan Spanyol juga hadir, menegaskan komitmen global terhadap agenda ini.
Para tokoh bidang kesehatan global turut hadir dalam sesi pembukaan, antara lain Dr. Saia Ma’u Piukala (Direktur Regional WHO untuk Kawasan Pasifik Barat), Dr. Lucas de Toca (Australia’s Global Health Ambassador), Marisol Touraine (Ketua Dewan Eksekutif Unitaid), dan Dr. Chris Elias (President of Global Development at the Bill & Melinda Gates Foundation). Partisipasi lembaga internasional seperti UNICEF, Bank Dunia, Gavi, dan Global Financing Facility, serta organisasi masyarakat sipil, akademisi, dan sektor swasta memperkaya dialog lintas pemangku kepentingan di forum ini.
Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, menekankan pentingnya Forum ini.
Baca Juga: Jaga Integritas dan Profesionalisme Pengelolaan Keuangan Negara, Begini Penegasan Menkeu
"Kita harus melangkah lebih jauh dan lebih cepat. Setiap anak perempuan yang belum divaksinasi dan setiap perempuan yang tidak memiliki akses skrining atau pengobatan menjadi pengingat bahwa kesetaraan harus menjadi inti dari strategi eliminasi kita. Bersama, kita dapat menghapus kanker serviks," katanya.
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, menyuarakan urgensi tindakan bersama. “Kanker serviks adalah penyebab kematian akibat kanker nomor dua tertinggi pada perempuan Indonesia. Kita tidak bisa menunggu sepuluh atau lima belas tahun lagi. Dengan kemajuan vaksin, skrining, dan pengobatan saat ini, kita memiliki alat untuk menyelamatkan jutaan jiwa-jika kita bertindak sekarang. Kami mendorong seluruh pemerintah dan pelaku kesehatan global agar memastikan tidak ada perempuan yang tertinggal dalam mengakses layanan," ujarnya.
Melanjutkan momentum dari Forum Cartagena 2023, yang menghasilkan komitmen senilai hampir US$600 juta, Forum Bali menunjukkan kemajuan lebih lanjut.
Baca Juga: Program Kopdes/ Kel Merah Putih Wujud Komitmen Pemerintah Wujudkan Ekonomi Kerakyatan
Sebanyak 75 negara telah mengadopsi jadwal vaksin HPV dosis tunggal sehingga dapat memperluas akses dan menurunkan biaya. Di Afrika, cakupan dosis pertama vaksin HPV meningkat dari 28% pada 2022 menjadi 40% pada 2023.
Upaya Gavi dalam membentuk pasar vaksin telah meningkatkan pasokan, sementara panduan WHO yang diperbarui membuat skrining dan pengobatan lebih layak dan efisien. Negara-negara juga mulai mengadopsi inovasi seperti self-sampling untuk memperluas jangkauan di daerah dengan sumber daya terbatas.
Pada forum ini, diperoleh serangkaian komitmen dari negara-negara, donor, dan mitra. Komitmen ini mencakup perluasan akses vaksin HPV secara luas, transisi ke regimen dosis tunggal, serta perluasan program nasional skrining dan pengobatan kanker serviks.
Baca Juga: Kopdes Merah Putih Itu Wujud Pemikiran Ekonomi Pancasila dari Margono Joyohadikusumo
Sektor swasta juga menyampaikan dukungan kuat, dengan komitmen untuk bekerja sama dengan negara-negara, khususnya negara dengan kategori berpenghasilan rendah dan menengah, untuk menyediakan solusi diagnostik yang terjangkau demi meningkatkan cakupan skrining. Komitmen lengkap dari masing-masing negara dan entitas tersedia di situs WHO (https://www.who.int/westernpacific/news/item/19-06-2025-global-leaders-unite-to-accelerate-cervical-cancer-elimination-efforts).
Lebih lanjut, Forum mengadopsi Bali Declaration to Reaffirm Commitment to Cervical Cancer Elimination. Deklarasi ini menegaskan pentingnya percepatan akses yang adil terhadap vaksinasi HPV, skrining, dan pengobatan, termasuk melalui pemanfaatan rencana aksi nasional.
Berdasarkan seruan WHO dan dukungan World Health Assembly terhadap Global Strategy, deklarasi ini mendorong pemerintah, donor, lembaga keuangan, organisasi kesehatan global, dan sektor swasta untuk memperkuat aksi bersama.
Baca Juga: Industri Furnitur Perlu Rebut Peluang USD 660 Miliar di Pasar Global
Terkait Indonesia, berbagai komitmen telah dibuat pada pilar pencegahan, skrining, dan pengobatan sebagaimana tercantum dalam Rencana Aksi Nasional Pengendalian Kanker (RAN Kanker) 2025–2034. Indonesia akan beralih ke jadwal vaksin HPV dosis tunggal pada akhir 2025 dengan memanfaatkan platform berbasis sekolah dan komunitas untuk memastikan cakupan yang luas dan setara.
Skrining akan diperluas melalui pengujian DNA HPV berkinerja tinggi, dengan proyek percontohan nasional yang sedang berlangsung dengan target pelaksanaan penuh pada tahun 2025. (*)