IUP 4 Perusahaan di Raja Ampat Dicabut, Legislator Minta Pemerintah Konsisten

Oleh Ragata KalyaWednesday, 11th June 2025 | 17:08 WIB
IUP 4 Perusahaan di Raja Ampat Dicabut, Legislator Minta Pemerintah Konsisten
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Evita Nursanty. (DPR RI)

Jakarta, warnaberita.com - Presiden Prabowo Subianto mencabut izin usaha pertambangan (IUP) empat perusahaan di Raja Ampat, Papua Barat Daya pada Selasa (10/6).

Atas pencabutan IUP itu, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Evita Nursanty meminta Pemerintah terus konsisten, bukan hanya dilakukan saat sedang berpolemik. 

"Jangan sampai nanti kalau sudah reda, aktivitas tambang berjalan lagi," ujar Evita, Rabu (10/6). 

Baca Juga: Sekolah Rakyat di Kendal Mampu Tampung 1.000 Siswa

Lebih lanjut, Legislator Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan tersebut juga meminta adanya pertanggungjawaban dari pihak-pihak terkait atas pembukaan lahan dan aktivitas tambang yang sudah berjalan dari IUP yang sudah ditutup. 

"Perusahaan harus bertanggung jawab untuk penghijauan kembali dan mengembalikan wilayah yang masuk konservasi seperti sedia kala," tuturnya. 

Seperti diketahui, Pemerintah atas perintah Presiden Prabowo Subianto resmi mencabut izin usaha pertambangan (IUP) empat perusahaan di pulau-pulau kecil Raja Ampat, Papua Barat Daya. Empat perusahaan itu dicabut IUP-nya karena berbagai hal pertimbangan, salah satunya karena ditemukan pelanggaran. 

Baca Juga: Respons Cepat Kemensos untuk Korban Longsor Ambon: Bantuan Logistik Tahap I dan II Disalurkan

Adapun Pemerintah mencabut izin tambang 4 dari 5 perusahaan di Raja Ampat. Empat perusahaan yang dicabut izinnya adalah PT Anugerah Surya Pratama, PT Nurham, PT Mulia Raymond Perkasa, dan PT Kawei Sejahtera Mining. 

Sementara PT GAG Nikel yang sempat disorot publik izinnya tidak dicabut karena berdasarkan hasil evaluasi Pemerintah, perusahaan mematuhi aturan lingkungan hidup dan tata kelola limbah yang baik sesuai analisis mengenai dampak lingkungan hridup (Amdal).

Meski begitu Pemerintah akan tetap mengawasi pertambangan di wilayah tambang PT GAG yang beroperasi dengan status izin Kontrak Karya Operasi Produksi itu.

Baca Juga: Transformasi Pertanian Lewat Hilirasasi, Mentan Amran Optimis Indonesia Bisa Jadi Negara Superpower

Alasan empat izin perusahaan itu dicabut diantaranya karena ditemukan adanya pelanggaran, beroperasi di kawasan yang harus dilindungi di wilayah konservasi. Kemudian dari sisi lingkungan, IUP milik empat perusahaan itu juga sebagian masuk ke kawasan geopark.

Terkait hal ini, Evita menyoroti pengawasan Pemerintah terkait izin terbit terhadap aktivitas tambang di kawasan pulau-pulau kecil di Raja Ampat, seperti di Pulau Kawe hingga Pulau Manuran. Ia menilai, seharusnya agenda hilirisasi mineral harus tetap mempertimbangkan kerusakan permanen terhadap aset strategis yang jauh lebih berkelanjutan secara ekonomi dan sosial.

“Kan jadinya justru ironi, Indonesia jualan hilirisasi di forum-forum internasional, tapi di lapangan, kita justru menambang di tempat yang mestinya kita jaga mati-matian. Ini bukan cuma kelalaian, tapi menjadi langkah yang tidak tepat,” ucapnya. 

Baca Juga: Dedikasi Petugas Kesehatan Antar Jemaah Sakit Tetap Bisa Wukuf

Berdasarkan laporan Greenpeace, eksploitasi nikel di tiga pulau kecil di Raja Ampat telah membabat lebih dari 500 hektare hutan dan vegetasi alami khas Raja Ampat.

Menurut Evita, tambang-tambang nikel itu justru menghancurkan masa depan pariwisata berkelas dunia yang sudah terbukti memberikan dampak langsung kepada ekonomi rakyat. 

“Raja Ampat itu bukan cuma kebanggaan Papua, tapi brand internasional yang jauh lebih bernilai dari sekadar ekspor feronikel. Bukan soal sentimental, ini soal nilai ekonomi jangka panjang,” tandas Evita.

Baca Juga: Kadek Agung Tetap di Bali United

Evita pun mengkritik pendekatan Pemerintah yang cenderung memaksakan industrialisasi berbasis tambang tanpa perhitungan ekosistem. Ia menilai, Pemerintah lupa wisata Raja Ampat menyumbang sekitar 15 persen dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun 2020 lalu, dengan nilai mencapai Rp 7 miliar.  

"Kalau kita ukur jujur, berapa banyak devisa yang masuk dari retribusi wisata, homestay lokal, dan kunjungan turis asing? Bahkan di tengah pandemi sekalipun, sektor ini masih menyumbang Rp 7 miliar lebih ke PAD,” ungkap Evita. (*)

Terkini

Bupati Buleleng Tegaskan Komitmen Bangun Sekolah Bebas Korupsi dan Bermutu
Bupati Buleleng Tegaskan Komitmen Bangun Sekolah Bebas Korupsi dan Bermutu
BULELENG | in 7 hours
Kebijakan Imigrasi Trump Didemo, Legislator Minta Pemerintah Data WNI di AS
Kebijakan Imigrasi Trump Didemo, Legislator Minta Pemerintah Data WNI di AS
NASIONAL | in 6 hours
Menag Jawab Isu Pengurangan Kuota Haji 50 Persen
Menag Jawab Isu Pengurangan Kuota Haji 50 Persen
NASIONAL | in 5 hours
Indonesia Jadi Aktor Global dalam Isu Pembangunan Berkelanjutan
Indonesia Jadi Aktor Global dalam Isu Pembangunan Berkelanjutan
NASIONAL | in 4 hours
Gunakan Ini di MyTelkomsel, Telkomsel Raih Penghargaan Internasional
Gunakan Ini di MyTelkomsel, Telkomsel Raih Penghargaan Internasional
TELCO | in 3 hours
Presiden Prabowo Ditelepon Trump, Ini Bahasannya
Presiden Prabowo Ditelepon Trump, Ini Bahasannya
NASIONAL | in 2 hours
Ikuti Kualifikasi Asian Youth Games, Menpora Lepas 17 Atlet MMA Indonesia
Ikuti Kualifikasi Asian Youth Games, Menpora Lepas 17 Atlet MMA Indonesia
OLAHRAGA | in 44 minutes
Wellness Tourism Sukses Jadi Unggulan Pariwisata Indonesia di Osaka World Expo 2025
Wellness Tourism Sukses Jadi Unggulan Pariwisata Indonesia di Osaka World Expo 2025
PELESIR | 9 minutes ago
TBC Sebabkan Dua Kematian Setiap Lima Menit, Menkes Serukan Aksi Nasional
TBC Sebabkan Dua Kematian Setiap Lima Menit, Menkes Serukan Aksi Nasional
KESEHATAN | an hour ago
Targetkan Swasembada Gula Lebih Cepat, Mentan Amran Benahi Tata Kelola Tebu Nasional
Targetkan Swasembada Gula Lebih Cepat, Mentan Amran Benahi Tata Kelola Tebu Nasional
EKONOMI | 2 hours ago
© 2025 Warnaberita.com - All Rights Reserved
Warnai Hidup dengan Ragam Berita