Surabaya, warnaberita.com - Kanker anak merupakan salah satu tantangan yang besar dalam dunia kesehatan.
Menurut data, angka kematian kepada anak pengidap kanker cukup tinggi, di mana terdapat lebih dari 105 ribu anak dan remaja meninggal karena kanker.
Oleh karena itu, perawatan terhadap anak pengidap kanker menjadi tantangan tersendiri.
Baca Juga: Judol Ancam Masa Depan Generasi Muda, Puan Minta Langkah Serius dalam Pemberantasan
Guru Besar Ilmu Keperawatan Anak, Fakultas Keperawatan (FKP), Universitas Airlangga (UNAIR), Prof. Dr. Hj. Yuni Sufyanti Arief, S.Kp M.Kes membahas lebih dalam permasalahan tersebut dalam orasinya di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen, Kampus MERR-C UNAIR pada Kamis (24/4/2025).
Ia menyampaikan bahwa keluarga memiliki peran penting dalam proses terapi terhadap anak pengidap kanker.
“Bagaimana keluarga dapat memberikan dukungan emosi. Kemudian dapat memberikan rasa aman, nyaman, serta adanya edukasi berkelanjutan. Tak lupa ketenangan yang dapat diberikan oleh keluarga sehingga akan berdampak pada kesehatan mental keluarga itu sendiri,” terangnya.
Baca Juga: Alex Marquez Raih Kemenangan Perdana Musim Ini
Dalam orasinya, Prof. Yuni menyampaikan bahwa kehidupan anak dengan kanker adalah perjalanan yang penuh tantangan dan kesulitan.
Diagnosa kanker pada anak dapat berdampak besar pada seluruh keluarga dan semua orang yang bersangkutan, karena anak dengan kanker akan mengalami kesulitan fisik, emosional, dan psikologis.
“Perawatan terpadu untuk anak-anak dengan kanker adalah pendekatan holistik yang mengakui kebutuhan yang kompleks. Melalui perancangan dan menyediakan perawatan untuk anak dengan kanker dengan dukungan medis, emosional, dan psikologis yang mereka butuhkan,” jelasnya.
Baca Juga: Menjadi Panggung UMKM Lokal, PICA Fest 2025 Kembali Dihelat
Pemberdayaan yang berpusat pada keluarga dapat dilakukan dengan penerapan Family Centered Empowerment (FACE) model sebagai bentuk intervensi upaya merawat anak dengan kanker.
“Proses holistik dimulai dengan melakukan pengkajian secara menyeluruh. Perawat tak hanya mengkaji secara fisik, tapi juga mengkaji pola hidup, hubungan sosial, kondisi emosional, dan aspek spiritual,” sebutnya.
Prof. Yuni juga mengungkapkan bahwa pendekatan FACE model dalam intervensi holistik menekankan pada pemberdayaan keluarga sebagai unit dalam proses penyembuhan dan pemulihan anak.
Baca Juga: Hadiri Perayaan Paskah, Bupati Kembang Harapkan Jemaat Bantu Sosialisasikan Program Pemerintah
“Penerapan model FACE pada perawatan anak dengan kanker memberikan adanya kenyamanan baik pada keluarga maupun pada anak sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup,” ungkapnya.
Pada akhir ia menyimpulkan bahwa inovasi keperawatan dengan pendekatan FACE adalah langkah penting dalam meningkatkan kualitas hidup anak dengan kanker.
Melalui pemberdayaan keluarga, dengan mengedepankan pendekatan yang komprehensif harapannya anak-anak dengan kanker dapat menjalani perawatan yang lebih baik.
Baca Juga: 300 Lebih Pelari Tempuh Rute 5,5 Kilometer di Singaraja City Run
“Keberhasilan ini memerlukan kolaborasi antara tenaga kesehatan, keluarga, dan komunitas untuk menciptakan lingkungan yang mendukung proses penyembuhan. Model FACE juga mengedepankan peran aktif keluarga dalam perawatan anak dengan terus melakukan pengembangan melalui berbagai penelitian selanjutnya,” pungkasnya. (*)