Surabaya, warnaberita.com - Sarapan bukan hanya sekadar rutinitas semata, melainkan kebutuhan utama dalam menjaga daya tahan tubuh dan energi, utamanya kebutuhan utama ini penting bagi mahasiswa dan kalangan yang memiliki aktivitas dari pagi hari.
Tanpa asupan nutrisi yang cukup, otak dan tubuh tidak memperoleh energi yang diperlukan untuk berfungsi secara optimal.
Dosen Fakultas Kesehatan masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR), Lutfi Fajar Nuraidah, S KM, M Epid mengungkap pentingnya kebiasaan sarapan untuk mencegah risiko anemia.
Baca Juga: Alex Marquez Raih Kemenangan Perdana Musim Ini
"Melalui sarapan, tubuh dapat memperoleh nutrisi baik makronutrien maupun mikronutrien yang diperlukan sebagai bahan bakar, sehingga mahasiswa dapat menerima materi perkuliahan, aktif serta partisipatoris," paparnya.
Lutfi, panggilan akrabnya, menegaskan bahwa banyak dampak yang diakibatkan dari penundaan sarapan sebelum beraktivitas.
Khususnya dalam lingkup mahasiswa yang berdampak pada ketidakfokusan dalam kelas, gangguan pencernaan bagi yang terbiasa rutin sarapan, hingga jika tidak ada makronutrien yang terpenuhi dapat mengakibatkan anemia.
Baca Juga: Festival Layangan Bali IV Digelar Juli, Cek Tanggalnya!
Karenanya, mahasiswa meskipun mendapatkan jadwal pagi harus dapat memaksimalkan manajemen waktunya dengan menyempatkan sarapan.
"Sarapan tidak harus dengan yang berat, hanya roti, telur dan susu, ini tergantung dengan kebiasaan masing-masing," jelas Lutfi.
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI), ditemukan adanya hubungan antara pola makan terutama kebiasaan menunda sarapan dengan risiko anemia.
Baca Juga: Menjadi Panggung UMKM Lokal, PICA Fest 2025 Kembali Dihelat
Penundaan sarapan dinilai berpengaruh karena pada waktu makan pagi inilah tubuh memperoleh asupan zat gizi penting seperti zat besi, vitamin B12, dan nutrisi lainnya yang berperan dalam produksi sel darah merah.
"Kalau misalnya, yang kita awali tidak ada otomatis dapat terjadi anemia," ujarnya.
Maka dari itu, ia menekankan bahwa mulai dari kecil atau anak-anak harus di bangun kebiasaan yang sedemikian rupa, sehingga kebiasaan baik itu akan lebih mudah diterapkan hingga dewasa.
Baca Juga: Hadiri Perayaan Paskah, Bupati Kembang Harapkan Jemaat Bantu Sosialisasikan Program Pemerintah
"Terutama di usia remaja putri yang sudah menstruasi, itu sangat berpengaruh kalau tidak ada asupan zat besi," tambahnya.
Menurutnya, gejala anemia sering kali tidak disadari oleh mahasiswa maupun mahasiswi.
Umumnya, tanda-tanda ini baru mulai terasa ketika kepala sering pusing atau tubuh mudah lelah.
Baca Juga: 300 Lebih Pelari Tempuh Rute 5,5 Kilometer di Singaraja City Run
Bahkan, banyak kasus anemia baru terdeteksi saat mahasiswa melakukan donor darah dan ditemukan kadar hemoglobinnya rendah.
Ia mengingatkan kepada mahasiswa untuk tetap peduli terhadap diri sendiri supaya dapat melakukan aktivitas perkuliahan dengan baik.
Selain itu, ia juga mengajak para orang tua untuk membiasakan Pola makan sehat sejak kecil sampai dewasa. "Harapannya ayo berfikir untuk hidup sehat supaya kita bisa memberikan generasi dan akademisi yang sehat," tutup Lutfi. (*)