Jakarta, warnaberita.com - Plt. Direktur Bina Talenta Penelitian dan Pengembangan Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kemdiktisaintek Karlisa Priandana menegaskan, artificial intelligence (AI) tidak bisa membuat sesuatu dari nol.
AI bisa membuat sesuatu karena mengambil dari data-data yang sudah ada, berbeda dengan manusia yang memiliki pengetahuan dan pengalaman.
Penegasan ini disampaikan Karlisa Priandana ketika menghadiri AI di Universitas Bunda Mulia, Serpong, Selasa (20/5/2025).
Baca Juga: Pemeriksaan LKPP 2024 Tuntas, Pemerintah Sampaikan Apresiasi Tinggi kepada BPK
Seminar yang bertujuan untuk mendiskusikan keseimbangan antara riset dan inovasi Al dengan nilai-nilai kemanusiaan ini dihadiri oleh mahasiswa, dosen, serta pelaku industri Al.
Karlisa menjadi panelis di panel diskusi bertema “Al, Ethics, and Society: Balancing Research and Innovation with Human Values” bersama Direktur Data dan Artificial Intelligence Otorita Ibu Kota Negara (OIKN), Adhiguna Mahendra.
Pada kesempatan ini Karlisa menyampaikan bahwa walaupun AI berkembang dengan pesat, terdapat 3 hal yang belum dimiliki oleh AI, yaitu kreativitas, optimisme, dan hati nurani, sehingga AI hanyalah alat untuk membantu manusia dalam melaksanakan tugasnya, dan perlu terus didampingi oleh manusia.
Baca Juga: XLSMART Jalin Kerja Sama dengan 2 Perusahaan Teknologi Global
“AI tidak akan pernah bisa membuat sesuatu dari nol. AI bisa membuat sesuatu karena mengambil dari data-data yang sudah ada, berbeda dengan manusia yang memiliki pengetahuan dan pengalaman. Jadi, AI perlu selalu dituntun oleh manusia agar menjadi ‘good AI’, dari segi teknologi maupun dari segi kemanusiaan atau etika,” ujar Karlisa.
Karlisa mengatakan bahwa saat kita memasuki era kecerdasan buatan yang semakin canggih, sehingga penting untuk memastikan bahwa AI dikembangkan dan diterapkan secara bertanggung jawab, dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan cara ini, akan dapat dipastikan bahwa AI akan berkembang menjadi alat yang tidak hanya efisien, tetapi juga adil, transparan, dan bermanfaat bagi seluruh umat manusia.
“Untuk memastikan AI yang berfokus pada kebaikan sosial dan etika, perlu untuk memperhatikan tujuh hal berikut, yaitu prioritaskan nilai kemanusiaan, human-in-the-loop, penyertaan etika AI dalam kurikulum pendidikan, transparansi dan akuntabilitas, regulasi terkait AI yang adaptif dan inklusif, keadilan dan fokus pada manfaat sosial, serta kolaborasi multidisiplin,” imbuh Karlisa.
Baca Juga: Wamenpar Tegaskan Praktik Pungli Tak Boleh Terjadi Lagi di Destinasi
Sehubungan dengan pemanfaatan AI, Direktur OIKN, Adhiguna Mahendra menyampaikan bahwa penggunaan AI itu sebenarnya sangat luas, tidak terbatas pada membuat foto atau video.
"Seharusnya, hal ini dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk menghasilkan teknologi yang memudahkan manusia.
Baca Juga: Meta Diminta Tutup Grup Facebook Bermuatan Menyimpang
AI ini sekarang masih underrated. Kami berharap bisa mengembangkan AI untuk membantu manusia. Di IKN, kami mengembangkan beberapa sistem pintar seperti gedung pintar, prediksi bencana, transportasi pintar, rumah pintar, sistem kesehatan, keamanan siber, pusat operasi jaringan dan keamanan, manajemen kehutanan, energi baru dan terbarukan, pengawasan, monitoring lingkungan, serta sistem geospasial dan drone,“ papar Adhiguna. (*)