Denpasar, warnaberita.com - Sehari sebelum Hari Raya Galungan, tepatnya pada Selasa (22/4) umat Hindu di Bali melaksanakan tradisi yang dikenal dengan sebutan Penampahan Galungan.
Tradisi ini bukan sekadar kegiatan memasak atau menyiapkan hidangan, melainkan sebuah simbol kebersamaan, pengorbanan, dan persiapan rohani serta jasmani untuk menyambut hari suci Galungan yang jatuh pada Rabu (23/4).
Pada hari Penampahan Galungan, yang jatuh setiap Anggara Wage wuku Dungulan, umat Hindu biasanya melakukan penyembelihan hewan seperti ayam atau babi. Penyembelihan ini bertujuan untuk menyiapkan sarana upacara, serta sebagai bahan utama untuk membuat berbagai jenis makanan khas, salah satunya adalah lawar.
Baca Juga: Tengkleng, Kuliner Khas Solo yang Lahir di Masa Penjajahan
Lawar merupakan hidangan tradisional Bali yang sarat makna. Hidangan ini dibuat dari campuran sayuran dan daging cincang, yang kemudian dibumbui dengan bumbu gede, yakni bumbu lengkap khas Bali yang memiliki cita rasa kuat dan kaya rempah. Tak hanya daging, lawar juga bisa mengandung kulit hewan yang sudah direbus terlebih dahulu, menambah tekstur dan cita rasa yang khas.
Selain lawar, biasanya juga disajikan aneka sate dan balung serta berbagai olahan daging lainnya. Seluruh hidangan ini disiapkan secara gotong-royong oleh keluarga besar, tetangga, hingga masyarakat satu banjar. Momen ini menjadi ajang kebersamaan yang hangat, di mana generasi tua dan muda berkumpul, berbagi tugas, serta saling bercengkerama sembari mempersiapkan sajian hari raya.
Yang menarik, jenis-jenis lawar yang dibuat sangat beragam dan biasanya berbeda di setiap daerah di Bali. Ada lawar putih, lawar merah, hingga lawar dengan darah yang memberikan warna merah alami. Masing-masing jenis memiliki cita rasa dan makna tersendiri yang melekat kuat dalam budaya lokal.
Baca Juga: Sepuluh Kuliner Malam di Pulau Dewata
Meski lawar merupakan sajian utama dalam upacara Galungan, hidangan ini juga dinikmati bersama keluarga setelah prosesi persembahan selesai. Tradisi ini menjadi momen penting untuk mempererat tali kasih dalam keluarga dan masyarakat, sekaligus sebagai ungkapan syukur atas anugerah kehidupan yang telah diberikan.
Tradisi ngelawar pada Penampahan Galungan bukan hanya tentang makanan, tapi juga tentang identitas, nilai spiritual, dan harmoni sosial. Di tengah modernisasi yang semakin pesat, pelestarian tradisi ini menjadi cermin kuatnya budaya Bali yang tetap hidup dan terus diwariskan dari generasi ke generasi.(*)