Buleleng, warnaberita.com - Di tengah gempuran camilan modern dan oleh-oleh kekinian, masih ada cita rasa tradisional yang tetap melekat kuat di hati masyarakat.
Salah satunya adalah Jaje Senggait Gula Pedawa, jajanan khas dari Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. Dibuat dari ubi jalar berkualitas dan dipadukan dengan Gula Pedawa gula aren khas yang aromanya telah dikenal hingga mancanegara. Camilan ini memadukan rasa gurih dan manis yang autentik, menghadirkan nostalgia akan masa kecil dan suasana desa yang hangat.
Meskipun sempat sulit ditemukan di pasaran, kini Jaje Senggait kembali diproduksi oleh masyarakat lokal, khususnya oleh para pelaku UMKM yang ingin mengangkat kembali kearifan lokal dan memperkuat ekonomi desa. Salah satu sosok yang berjasa dalam kebangkitan jajanan ini adalah Wayan Sariasih, seorang ibu rumah tangga yang memulai usaha dari rumah dengan semangat pelestarian budaya dan pemberdayaan ekonomi keluarga.
Baca Juga: Tengkleng, Kuliner Khas Solo yang Lahir di Masa Penjajahan
Berawal dari ide sang anak, Ibu Sariasih mencoba memproduksi Jaje Senggait secara mandiri. Dengan pengalaman membuat jajanan tradisional yang sebelumnya hanya dijual di lingkungan sekitar saat hari raya, kini ia melangkah lebih jauh.
"Saya ingin bukan hanya membantu ekonomi keluarga, tapi juga mengajak ibu-ibu lain untuk ikut terlibat. Ini bukan hanya soal bisnis, tapi soal menjaga warisan budaya," tuturnya.
Kini, Jaje Senggait produksinya sudah mulai menembus toko modern, restoran, dan kedai kopi. Ia bahkan telah mengurus legalitas usaha seperti NIB dan sertifikasi makanan agar dapat memperluas pasar hingga ke luar Bali. Strategi pengemasan yang menarik, kualitas rasa yang terjaga, serta identitas kuat sebagai produk berbasis Gula Pedawa menjadi keunggulan utama dalam bersaing di pasar oleh-oleh.
Baca Juga: Sepuluh Kuliner Malam di Pulau Dewata
Namun, tantangan tetap ada. Produksi Gula Pedawa kini menurun seiring alih fungsi pohon aren yang kian marak. Meski begitu, upaya pelestarian terus dilakukan. Pada 2023, lewat program The Spirit of Sobean, pemerintah desa bersama komunitas lokal melakukan revitalisasi pohon aren sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan keberlangsungan industri lokal.
Ketekunan Ibu Sariasih dalam menjaga kualitas bahan, mulai dari penggunaan Gula Aren murni tanpa campuran hingga proses produksi yang higienis dan konsisten, menjadi fondasi dari keberhasilan produknya. "Saya tidak mau asal murah, saya mau yang terbaik. Karena rasa yang jujur akan selalu diingat," ujarnya sambil tersenyum.
Baca Juga: Lawar Plek Khas Ketewel yang Ludes 25 Kg dalam 4 Jam!
Kini, harapan baru tumbuh di Desa Pedawa. Jaje Senggait Gula Pedawa tak hanya menjadi camilan lezat, tapi juga simbol kebangkitan ekonomi lokal, pelestarian budaya, dan upaya menjaga lingkungan. Dengan semangat gotong royong dan cinta terhadap warisan leluhur, masyarakat Pedawa ingin menjadikan Jaje Senggait sebagai ikon oleh-oleh Bali yang mendunia.(*)