Buleleng, warnaberita.com – Di tengah derasnya arus digitalisasi yang melanda segala lini kehidupan, Kabupaten Buleleng menunjukkan langkah progresif melalui penyelenggaraan Lokakarya Literasi Digital bertajuk Literasi Digital Berakar Lokal, Berdampak Global.
Kegiatan yang digelar di Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) pada Rabu (11/6) ini menjadi momentum penting dalam memperkuat peran generasi muda dalam membumikan nilai-nilai kearifan lokal di ranah digital.
Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah (DAPD) Buleleng, Made Era Oktarini, dalam sambutannya menegaskan pentingnya menjadikan literasi digital sebagai jembatan antara teknologi dan budaya. Menurutnya, kemampuan menggunakan perangkat digital saja tidak cukup. Literasi yang sesungguhnya mencakup keberanian berpikir kritis, kecermatan dalam memilah informasi, serta kepiawaian menghidupkan kembali nilai-nilai lokal di tengah dunia maya yang tanpa batas.
Baca Juga: Bertemu Penggiat Pendidikan Papua, Mendiktisaintek akan Lakukan Ini
“Literasi digital yang berakar pada kearifan lokal bukan berarti tertinggal. Justru ini menjadi jembatan agar budaya, sejarah, dan nilai-nilai luhur daerah kita mampu memberi kontribusi di tingkat nasional bahkan global,” ujarnya.
Era Oktarini juga menyoroti tantangan besar di era informasi yang serba cepat, di mana banjir data dan kemudahan akses bisa menjadi ancaman jika tak disikapi dengan bijak. Ia mengajak generasi muda untuk menjadikan literasi bukan hanya sebagai aktivitas membaca atau menulis, melainkan sebagai bagian dari kehidupan kolaboratif yang penuh inovasi dan relevansi zaman.
“Kami berkomitmen tidak hanya menjaga dokumen masa lalu, tetapi juga menumbuhkan semangat literasi yang dinamis. Literasi itu hidup, Ia hadir dalam dialog, kolaborasi, dan inovasi di setiap lini kehidupan,” tambahnya.
Baca Juga: Putri Koster Tekankan Peran Strategis Pendidikan dalam PSBS
Lokakarya ini dirancang bukan sekadar forum diskusi, tetapi sebagai ruang belajar yang interaktif, membangkitkan semangat peserta untuk menjadi insan digital yang tidak tercerabut dari akar budaya. Generasi muda diharapkan mampu memanfaatkan media sosial, platform digital, dan berbagai ruang daring untuk menyuarakan ide, menyebarkan inspirasi, serta memperkuat identitas kebangsaan.
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber kompeten, antara lain Kepala Dinas Kominfosanti Buleleng, Ketut Suwarmawan, serta dua tokoh literasi lokal, I Gede Made Metera dan I Made Bagus Andi Purnomo. Ketiganya membagikan perspektif dan pengalaman seputar pentingnya menyeimbangkan kemajuan teknologi dengan kekayaan budaya lokal.
Dari lokakarya ini, harapan besar digantungkan pada generasi muda sebagai agen perubahan. Mereka tidak hanya diharapkan menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta makna – yang mampu menjangkau dunia tanpa melupakan jati diri.
Baca Juga: Tingkatkan Akses Pendidikan Tinggi, Deli Serdang Gencarkan Program "Satu Desa Satu Sarjana"
Dengan semangat “berakar lokal, berdampak global”, Buleleng menegaskan bahwa kearifan lokal bukan untuk disimpan di museum, tetapi untuk dihidupkan kembali dalam percakapan digital yang menjangkau dunia.(*)