Denpasar, warnaberita.com – Kabupaten Buleleng kembali mengukuhkan jati dirinya sebagai salah satu wilayah yang kukuh menjaga budaya lokal.
Kali ini, semangat itu tampak nyata dalam partisipasi dua tim perwakilan Buleleng di ajang lomba tingkat Provinsi Bali dalam rangka Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK ke-53. Bertempat di Gedung Nari Graha, Denpasar, Jumat (20/6), dua tim ini tampil bukan hanya dengan kemampuan, tetapi juga semangat mengangkat identitas daerah.
Dari dapur hingga panggung senam, Buleleng hadir dengan karakter kuat. Tim dari SMKN 1 Seririt mewakili Buleleng dalam lomba memasak menu pangan lokal non beras dan ikan. Di bawah bimbingan Ketut Suartini, mereka menyuguhkan sajian yang bukan sekadar lezat, tapi juga sarat makna lokal.
Baca Juga: Bupati Buleleng Tegaskan Komitmen Bangun Sekolah Bebas Korupsi dan Bermutu
Ada rujak bancih sebagai pembuka dengan bumbu pisang pelutuk dan cuka buah khas Buleleng yang langsung menggugah rasa ingin tahu. Hidangan utama mereka, belayag sorghum, disajikan dengan ikan dan bumbu pelongos, racikan khas Seririt. Sebagai penutup, jaje tulud sela berbahan ubi ungu dan kuning melengkapi sajian penuh warna dan gizi.
“Kami ingin mengangkat bahan pangan lokal yang mungkin selama ini dianggap biasa. Sorghum, misalnya, punya potensi besar dan tumbuh subur di Buleleng,” ujar Suartini. Ia menambahkan, selain memasak, siswa juga dibina untuk mampu menjelaskan nilai budaya di balik sajian mereka, suatu pendekatan yang membuat tim ini tampil menonjol.
Tak kalah menarik, panggung senam juga menjadi ruang ekspresi budaya yang penuh semangat. Tim dari SMAN 4 Singaraja tampil dalam lomba Senam Nangun Sat Kerthi Loka Bali 2025 dengan konsep unik mengangkat tema megoak-goakan, salah satu ekspresi khas masyarakat Buleleng, dipadukan dengan simbol megah Turyapada Tower yang menjulang di Pegayaman, Sukasada.
Di bawah arahan pembina Mila, proses latihan sudah dimulai sejak April.
Baca Juga: RPJMD Buleleng 2025–2029 Tekankan Pendekatan Teknokratis dan Sinergi Lintas Sektor
Koreografi disusun dengan cermat, memadukan unsur tradisional dan dinamika gerak modern. “Kami ingin tampil bukan sekadar untuk menang, tapi membawa nuansa Buleleng ke tengah-tengah Bali,” tutur Mila.
Ia mengakui, menyatukan banyak peserta dalam satu tarian tidak mudah. Namun semangat kolektif dan kebanggaan terhadap identitas lokal menjadi bahan bakar utama. “Kalau menang itu bonus. Yang penting anak-anak tahu mereka sedang membawa nama daerah,” tegasnya.
Baca Juga: Pusdiklatcab Pasupati Buleleng Perkuat Kompetensi Hadapi Tantangan Zaman
Partisipasi Buleleng dalam dua lomba ini bukan semata-mata ajang kompetisi. Ini adalah panggung budaya, ruang memperkenalkan kekayaan lokal kepada masyarakat Bali dan lebih luas lagi. Lewat rasa, gerak, dan simbol, Buleleng menunjukkan bahwa warisan leluhur bisa hidup berdampingan dengan semangat zaman. Dan lebih dari itu, bisa dibanggakan bersama.(*)