Bandung, warnaberita.com - Kurikulum Berbasis Cinta merupakan upaya membumikan nilai-nilai kasih sayang dan penghormatan terhadap kemanusiaan dalam sistem pendidikan.
Oleh karena itu, penting sekali pendidikan itu berangkat dari nilai-nilai kemanusiaan, cinta kasih, dan spiritualitas dalam membentuk generasi masa depan.
Kepala Badan (Kaban) Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kementerian Agama RI, M Ali Ramdhani menyampaikan hal tersebut dalam Focus Group Discussion (FGD) Strategi Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) di Madrasah, yang diinisiasi Pusat Strategi Kebijakan Pendidikan Agama dan Keagamaan (Pustrajak Penda) di Bandung, Kamis (19/6).
Baca Juga: Legislator Soroti Akuisisi Tokopedia-TikTok, Khawatirkan Daya Saing UMKM Melemah
Dengan mengusung tema ‘Kurikulum Berbasis Cinta Membangun Pembelajaran Humanis dan Bermakna’, FGD hasil kerja sama dengan UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini menjadi forum penting dalam merumuskan arah transformasi pendidikan madrasah di Indonesia.
Dalam sambutannya, Kaban Dhani menyampaikan bahwa pendidikan yang hanya berorientasi pada capaian akademik dan kognitif tanpa mengindahkan dimensi afektif dan spiritual akan melahirkan generasi yang cerdas namun kering nilai.
"Cinta adalah energi dasar dalam agama dan kehidupan. Kurikulum Berbasis Cinta merupakan upaya membumikan nilai-nilai kasih sayang dan penghormatan terhadap kemanusiaan dalam sistem pendidikan. Ia bukan sekadar pendekatan pedagogis, melainkan jalan hidup dalam mendidik," tuturnya.
Baca Juga: Telkom Buka Digistar Class Intern Batch 3 Mahasiswa
Lebih lanjut, Kaban menyebut bahwa Kemenag melalui BMBPSDM akan terus mendorong pembaruan paradigma pendidikan berbasis spiritualitas transformatif yang berakar pada nilai-nilai agama dan budaya lokal.
Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini juga mengingatkan pentingnya peran guru sebagai figur sentral dalam keberhasilan implementasi KBC. Guru bukan hanya pengajar, tapi juga pendidik jiwa yang menghadirkan cinta dalam setiap proses pembelajaran.
“Kurikulum Berbasis Cinta tidak bisa berjalan tanpa guru yang mencintai muridnya, memahami mereka dengan empati, dan membimbing dengan kelembutan. Maka, revitalisasi pendidikan guru adalah keharusan,” tegasnya.
Baca Juga: Buleleng Gaungkan Hidup Sehat Lewat Gerakan Kebugaran Jasmani di GOR Bhuana Patra
Kepala Pustrajak Penda, Rohmat Mulyana Sapdi, dalam laporannya mengatakan bahwa FGD ini merupakan bagian dari upaya memperkuat transformasi pendidikan keagamaan agar lebih inklusif, empatik, dan berorientasi pada karakter.
"Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) didorong sebagai pendekatan baru dalam proses pembelajaran di madrasah, yang menempatkan cinta kasih, empati, dan penghargaan terhadap kemanusiaan sebagai fondasi utama dalam kegiatan belajar mengajar," ujarnya.
Guru Besar Bidang Pendidikan Nilai ini menyampaikan bahwa KBC adalah refleksi atas kebutuhan pendidikan yang tidak hanya mentransmisikan pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, kasih sayang, dan penguatan spiritualitas.
Baca Juga: Jaga Wibawa Pemda, Bupati Kembang Minta Satpol PP tegas Tegakan Perda
"Kurikulum Berbasis Cinta merupakan tawaran solusi untuk menjawab tantangan pendidikan hari ini yang cenderung menekankan capaian kognitif semata. KBC mendorong tumbuhnya pendidikan yang lebih manusiawi, menghargai proses, dan membangun relasi yang bermakna antara guru dan murid," ujarnya.
Sementara itu, Plh Rektor UIN Bandung Prof Tedi Priatna, menegaskan pentingnya kolaborasi antara lembaga penelitian dan kampus dalam merumuskan strategi kurikulum yang kontekstual dan relevan. Ia menilai KBC selaras dengan semangat Islam rahmatan lil ‘alamin yang mengedepankan kasih sayang dan keadaban dalam pendidikan. (*)