Jakarta, warnaberita.com - Belajar penanggulangan bencana di Indonesia menjadi bagian kunjungan kerja Wakil Perdana Menteri Malaysia ke BNPB, Jakarta, pada Senin (21/4).
Kegiatan ini merupakan lawatan sebelum bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Dr. Suharyanto menyambut kedatangan Wakil Perdana Menteri (PM) Dato Seri Dr. Ahmad Zahid bin Hamidi di lobi Graha BNPB sebelum berbagi pengalaman secara komprehensif terkait pembelajaran di Tanah Air.
Baca Juga: Badung Bahas Hasil Evaluasi Raperda RTRW 2025–2045
Pada kesempatan itu Kepala BNPB mengatakan, kejadian bencananya tidak dapat dicegah namun dampaknya ditekan secara terus menerus.
BNPB mencatat bahwa bencana yang dominan terjadi merupakan bencana hidrometeorologi basah.
Di samping itu, Suharyanto juga berbagi pembelajaran dalam penanganan bencana berskala besar yang terjadi di Indonesia, seperti gempa bumi Cianjur, letusan Gunung Lewotobi Laki-laki dan banjir Jabodetabek.
Baca Juga: 86 Tim Basket Berlaga di Tabanan Hustle 3×3
Sementara itu, dalam menghadapi musim kemarau, Kepala BNPB Suharyanto menuturkan pihaknya telah siap siaga untuk menghadapi potensi bahaya kebakaran hutan dan lahan, salah satunya dengan pembentukan desk satuan tugas.
“Di bulan Mei ini kami bersiaga untuk menghadapi bencana kebakaran hutan dan lahan,” ujar Kepala BNPB dikutip dari keterangan tertulisnya.
Pada konteks prabencana, Kepala BNPB mengungkapkan ini masih menjadi tantangan hingga kini.
Baca Juga: Jembrana Manfaatkan Dana Penyisihan PHR untuk Infrastruktur
Misalnya pada potensi bahaya gempa dan tsunami, BNPB terus mengembangkan sistem peringatan dini melalui program IDRIP. Sedangkan untuk bencana hidrometeorologi, pihaknya juga tengah membangun ekosistem aksi dini yang bekerja sama dengan Pemerintah Spanyol.
BNPB tidak hanya melakukan penanggulangan bencana dalam negeri, tetapi juga mewujudkan solidaritas dengan pemberian bantuan kepada negara-negara yang terdampak bencana.
Suharyanto mengatakan, Indonesia dan Malaysia sama-sama memberikan bantuan pascagempa Myanmar beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Kunjungi Perumda Air Minum Tirta Amertha Jati, Bupati Kembang Minta Ini
Di akhir paparan, Kepala BNPB menyinggung Indonesia telah memiliki perencanaan jangka panjang dengan adanya Rencana Induk Penanggulangan Bencana 2020 – 2044.
Manajemen informasi
Setelah mendapatkan penjelasan dari Kepala BNPB, rombongan Wakil PM meninjau AHA Centre yang juga berada di Graha BNPB dan dilanjutkan ke Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Penanggulangan Bencana. Kunjungan tersebut untuk memahami manajemen informasi dan interoperabilitas antara pusdalops di BNPB dan AHA Centre.
Baca Juga: Belasan Ton Sampah Tak Masuk TPA, DLH Buleleng Tukar Sampah dengan Buah-buahan
Wakil PM Malaysia mengatakan, Indonesia memiliki berbagai jenis bencana yang lebih banyak daripada Malaysia. Ini tentu mendorong adanya kelebihan dalam hal kompetensi dalam respons darurat.
“Di Malaysia ada banjir dan kebakaran, Alhamdulilah tidak ada letusan gunung api dan gempa bumi. Kami bersyukur,” ujarnya.
Oleh karena itu, pihaknya perlu belajar penanggulangan bencana di Indonesia. Kerja sama dua belah pihak di bidang bencana telah dimulai sejak 1987.
Saat itu sudah ada nota kesepahaman. Menurutnya, ini perlu ditindaklanjuti dengan perjanjian kerja sama. Ia berharap Malaysia dapat bekerja sama dalam latihan dengan konteks bencana yang beragam.
Salah satunya ini dapat dimanfaatkan Malaysia untuk pembelajaran dari tim khususnya, SMART. Wakil PM mengisahkan tim tersebut dikirimkan negaranya untuk membantu penanganan darurat di Turkiye dan Myanmar beberapa waktu lalu.
Zahid bin Hamidi berharap di kawasan Asia Tenggara dapat terbangun ketangguhan bersama dalam penanggulangan bencana.
“Bencana alam ini kita tidak tahu kapan akan terjadi. Meskipun ada sistem peringatan dini , indikator kecanggihan informasi atau maklumat namun dari segi disaster management ini harus ditangani dengan penuh kesiapsiagaan,” tutupnya. (*)