Buleleng, warnaberita.com - Di tengah gelombang teknologi yang kian tak terbendung, ketika karya seni bisa lahir hanya lewat klik, Pemerintah Kabupaten Buleleng justru mengajak generasi mudanya untuk kembali ke akar, melukis dengan air, kuas, dan selembar kertas.
Sebuah pilihan yang mungkin terlihat sederhana, namun sarat makna. Kamis (5/6), di bawah rindangnya pepohonan Taman Bung Karno, Sukasada, puluhan pelajar SMP duduk bersila, tenggelam dalam dunia warna yang mereka ciptakan sendiri.
Sebanyak 48 siswa dari berbagai SMP negeri dan swasta di Buleleng berpartisipasi dalam lomba melukis cat air, media yang kini mulai jarang disentuh di era seni digital. Alih-alih terpaku pada layar, anak-anak ini menatap langsung objek nyata: patung, taman bunga, atau panggung terbuka. Mereka diminta menangkap keindahan yang ada di sekeliling, bukan dari imajinasi mesin, tetapi dari mata dan hati mereka sendiri.
Baca Juga: Buleleng Usung “Agra Buwana Raksa” di PKB 2025
“Di tengah derasnya tren seni digital, seni manual masih menyimpan nilai penting. Ia melatih ketekunan, kejujuran dalam ekspresi, dan kesabaran,” ujar Putu Primasuta, Kabid Pembinaan SMP Disdik Buleleng, saat ditemui di sela kegiatan.
Menurutnya, seni yang lahir dari tangan manusia memiliki nuansa yang tak bisa ditiru mesin. Ada proses batin yang menyatu dalam tiap goresan kuas. Ia juga mengingatkan bahwa teknologi, betapapun hebatnya, tetap memiliki batas. Pemadaman listrik atau kendala jaringan bisa membuat AI lumpuh, namun tidak dengan tangan dan imajinasi anak-anak.
Tahun ini, pendekatan lomba pun dibuat lebih kontekstual. Jika sebelumnya hanya menggambar wajah Bung Karno, kini peserta bebas memilih objek di sekitar taman. Tujuannya, agar anak-anak merasa lebih dekat dan memiliki ruang publik tersebut.
Baca Juga: Gerakan Pangan Murah di Buleleng Sukses Tarik Minat Warga, Harga Terjangkau Jelang Idul Adha
"Taman ini bukan hanya tempat rekreasi, tapi juga ruang berekspresi," tambahnya.
Cat air dipilih sebagai media karena tantangannya yang unik. “Media ini menuntut kontrol dan intuisi. Sekali salah, tak mudah diperbaiki, tapi di situlah seninya,” ujarnya. Selain trofi dan sertifikat, hasil karya ini bisa menjadi nilai tambah bagi siswa yang ingin melanjutkan pendidikan melalui jalur prestasi.
Baca Juga: 100 Hari Kepemimpinan, Bupati Sutjidra Tegaskan Komitmen Bangun Buleleng
Namun lebih dari soal lomba, kegiatan ini adalah pesan: bahwa kreativitas sejati lahir dari keberanian mengekspresikan diri. Seperti pesan Bung Karno, cinta tanah air bisa diwujudkan dengan banyak cara salah satunya, lewat sebuah lukisan sederhana di tengah taman.(*)