Jakarta, warnaberita.com - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai BRICS bukan sekadar forum ekonomi biasa, tetapi aliansi ini juga mencerminkan tatanan dunia baru di mana negara-negara berkembang membangun solidaritas untuk menciptakan sistem global yang lebih adil, setara, dan inklusif.
Dengan bergabungnya Indonesia di dalam kelompok BRICS, akan memperkuat posisi Indonesia sebagai kekuatan ekonomi dunia Selatan, sekaligus memperluas kanal kerja sama strategis di bidang industri, inovasi teknologi, investasi, dan transformasi digital.
“Kehadiran saya dalam pertemuan ini membawa mandat dan aspirasi nasional. Kami akan menyampaikan komitmen Indonesia dalam mendorong transformasi industri nasional menuju era digital dan ramah lingkungan melalui inisiatif Making Indonesia 4.0. Kita juga ingin pastikan bahwa digitalisasi, kecerdasan buatan, dan teknologi hijau bukan hanya menjadi slogan, tetapi benar-benar mengakar dalam strategi pembangunan industri kita,” kata Menperin dalam keterangan resminya yang diterima di Jakarta, Jumat (23/5).
Baca Juga: Menpora Tegaskan PON 2028 NTB-NTT Fokus Pada Keberlanjutan
Pada Kamis (22/5) malam, Menperin melakukan pertemuan dengan para diaspora atau masyarakat Indonesia di Brasilia, Brasil. Kegiatan ini dalam rangkaian agenda kunjungan kerjanya menghadiri Pertemuan Menteri-Menteri Industri BRICS yang ke-9. Pada kesempatan tersebut, Menperin menyampaikan bahwa hubungan Indonesia dan Brasil telah terjalin sejak tahun 1953.
“Dalam lebih dari tujuh dekade hubungan diplomatik, kedua negara telah menorehkan banyak kemajuan, khususnya dalam bidang perdagangan, investasi, dan kerja sama industri,” ungkapnya. Pada tahun 2024, total nilai perdagangan kedua negara lebih dari USD7 miliar. Adapun komoditas yang diekspor Indonesia ke Brasil, antara lain kendaraan bermotor, minyak sawit, dan alas kaki.
Menurut Menperin, kerja sama bilateral ini tidak hanya mencerminkan hubungan dagang yang saling menguntungkan, tetapi juga memperlihatkan kesamaan visi kedua negara dalam membangun ekonomi yang tangguh, adil, dan inklusif. “Dalam pertemuan bilateral dengan Wakil Presiden Brasil, kami sepakat untuk terus memperkuat sinergi di sektor bioenergi, industri dirgantara, dan ekonomi hijau berbasis sumber daya terbarukan,” tuturnya.
Baca Juga: Prabowo Panggil BP Batam
Lebih lanjut, dalam kerangka BRICS, Indonesia bertekad menjadi motor penggerak industri berkelanjutan di kawasan Global South.
“Kita tidak ingin hanya menjadi pasar, tetapi menjadi pusat produksi dan inovasi. BRICS akan menjadi wahana penting bagi Indonesia untuk memperkuat posisi industri nasional dalam perekonomian global yang berkelanjutan, inklusif, dan berbasis inovasi,” imbuhnya.
Oleh karena itu, pemerintah mendorong keterlibatan Indonesia dalam program-program BRICS seperti BRICS Center for Industrial Competences, PartNIR Innovation Centre, dan SME Working Group Action Plan 2025–2030. “Ini sangat relevan dengan upaya kami untuk semakin memperkuat sektor industri kecil dan menengah (IKM),” ujar Menperin.
Baca Juga: Proses Hukum PDNS, Komdigi Bentuk Tim Evaluasi Internal
Kinerja Industri Manufaktur
Pada kesempatan ini, Menperin juga menyampaikan kinerja sektor industri manufaktur di tanah air. Pada triwulan I tahun 2025, pertumbuhan industri pengolahan nonmigas sebesar 4,31 persen (y-o-y), dengan kontribusinya terhadap PDB nasional yang mencapai 17,50 persen.
“Kontribusi manufaktur tersebut mengalami kenaikan, baik secara q-to-q yang naik 0,19 persen, maupun secara y-o-y yang naik 0,03 persen. Sementara itu, dari sisi kinerja ekspor dan investasi, pada triwulan I-2025, industri pengolahan nonmigas mencatatkan nilai ekspor sebesar USD52,90 miliar dan realisasi dari nilai investasi mencapai Rp179,70 triliun,” sebutnya.
Baca Juga: Legislator Desak Pemerintah Rumuskan Regulasi untuk Driver Ojol
Kemudian, secara global, posisi Indonesia dalam industri manufaktur sangat membanggakan, dilihat dari nilai Manufacturing Value Added (MVA). Merujuk data World Bank, MVA Indonesia mencapai USD255,96 miliar pada tahun 2023, yang menempatkan posisi ke-4 sebagai negara yang memiliki nilai MVA terbesar dari anggota BRICS setelah China (USD4.658,79 miliar), India (USD461,38 miliar), dan Brasil (USD289,79 miliar).
Sementara itu, negara anggota BRICS lainnya dengan MVA di bawah Indonesia, yakni Rusia sebesar USD251,58 miliar, disusul Arab Saudi (USD157.88 miliar) Iran (USD78,54 miliar), Mesir (USD59 miliar), Uni Emirat Arab (USD55,76 miliar), Afrika Selatan (USD49,35 miliar), dan Ethiopia (USD7,33 miliar).
Sedangkan, di kawasan Asia, posisi Indonesia menempati urut ke-5 setelah China, Jepang, India, dan Korea Selatan. Hebatnya, untuk di kawasan ASEAN, Indonesia menduduki posisi teratas, melampaui Thailand dan Vietnam.
Baca Juga: Fenomena PHK Landa Indonesia, Puan Minta Pemerintah Ambil Sikap
Mempersempit Kesenjangan Teknologi
“Di tengah perubahan dunia yang begitu cepat, kita harus mampu menjaga orientasi dan arah pembangunan nasional. Indonesia memiliki potensi besar dalam sumber daya alam, kekayaan hayati, dan bonus demografi. Tapi semua itu tidak akan berarti tanpa inovasi, kerja keras, dan keberanian mengambil peran di panggung internasional. BRICS memberi kita peluang, tapi juga menuntut kontribusi nyata,” tegas Menperin.
Itulah sebabnya, lanjut Menperin, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menciptakan ekosistem industri yang mendukung pertumbuhan berkelanjutan—baik dari sisi kebijakan, infrastruktur, insentif, maupun sumber daya manusia. “Kami juga bertekad mempersempit kesenjangan teknologi antara industri besar dan IKM, agar semua pelaku industri dapat mengambil bagian dalam revolusi industri keempat,” ujarnya.
Menperin optimistis, dengan kerja sama dan gotong royong semua pihak—termasuk komunitas diaspora di luar negeri seperti yang ada di Brasil—Indonesia akan mampu mengambil manfaat maksimal dari keanggotaan BRICS ini.
“Saya ingin menegaskan kembali bahwa kunjungan saya ke Brasil bukan hanya membawa kepentingan diplomatik atau sektor industri semata, tetapi juga membawa pesan kebangsaan dan solidaritas. Kami datang untuk membangun jembatan, memperkuat relasi, dan membawa nama baik Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi,” pungkasnya. (*)