Tehran, warnaberita.com – Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto berpartisipasi pada pertemuan tingkat menteri negara-negara Islam dengan agenda di bidang sains dan teknologi, 2nd Ministerial Meeting of Organization of Islamic Cooperation (OIC)-15 Dialog Platform, pada, Senin (19/5/2025).
Forum ini memiliki keselarasan tujuan dengan prioritas nasional terkait kemajuan teknologi yang membawa tantangan dan perkembangan.
Mendiktisaintek menggagas semangat kemajuan Islam sebagai pusat peradaban global yang melahirkan ilmuwan dan temuan yang berdampak hingga saat ini.
Baca Juga: RI Gabung BRICS, Menperin Tegaskan Dampak Positif Bagi Industri Manufaktur
“Kini, kita memiliki kesempatan sekaligus tanggung jawab untuk meneruskan warisan kemajuan peradaban Islam. Mari kita bangun dunia Muslim yang tangguh, inovatif, dan saling terhubung, serta kembali memimpin di bidang sains, teknologi, dan pembangunan masyarakat,” ajak Brian.
Fenomena ini selaras dengan tantangan yang sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, bonus demografi.
Pemerintah Indonesia bertekad memanfaatkan perkembangan teknologi yang merupakan aset berharga untuk membentuk masa depan yang lebih cerah.
Baca Juga: Telin dan Radius Telecoms Percepat Layanan Data Internasional
Menurut Brian, kehadiran teknologi dapat dijadikan sebagai modal strategis yang perlu diolah agar menghasilkan manfaat ekonomi dan sosial.
Kondisi ambang Revolusi Industri 4.0 saat ini membutuhkan kemampuan menavigasi lanskap kecerdasan buatan (AI) yang kompleks, sehingga bisa menentukan posisi kita dalam perekonomian global dan kesejahteraan rakyat di dekade-dekade mendatang.
Peluang tersebut dapat direalisasikan melalui forum OIC yang mewakili 1,8 miliar Muslim di empat benua dengan keunggulan unik era digital, warisan budaya intelektual yang kaya, populasi muda yang dinamis, dan posisi geografis strategis.
Baca Juga: Indosat Resmikan AI Experience Center di Jayapura
Namun, juga menghadapi tantangan signifikan yang menuntut perhatian segera dan perencanaan strategis.
“Di Indonesia, kami mengamati mahasiswa dan akademisi kian mengintegrasikan AI dalam rutinitas harian. Ini menimbulkan pertanyaan penting: Akankah mereka menjadi terlalu bergantung pada AI? Bagaimana memastikan AI memberdayakan, bukan justru membatasi kreativitas dan pola pikir kritis?,” ucap Brian.
Karenanya dia menghimbau pemanfaatan AI untuk mendukung inisiatif ini dan diterapkan di masyarakat dengan latar sosioekonomi serta sosiokultural yang beragam.
Baca Juga: Komitmen Indonesia Bantu Palestina Menguat, Ratusan Lembaga Peduli Siap Salurkan Bantuan
Saat ini, lanjutnya, pemerintah Indonesia sedang merumuskan kurikulum AI di perguruan tinggi, skema insentif riset bersama industri, serta regulasi perlindungan data yang sejalan dengan nilai-nilai Islam.
“Bonus demografi hanyalah peluang di atas kertas jika tidak dikonversi menjadi talenta berdaya saing global. Melalui kolaborasi OIC-15, kami yakin generasi muda Muslim dapat menjadi motor inovasi teknologi dunia,” pungkas Brian. (*)