Brasilia, warnaberita.com – Dalam 12th BRICS Education Ministers Meeting, Menteri Pendidikan Brasil, Mr. Camilo Santana, menyambut baik kehadiran Indonesia dan berharap partisipasi Indonesia akan memperkaya kerja sama pendidikan di BRICS.
Brasil selaku ketua BRICS tahun 2025 memutuskan empat isu prioritas bidang pendidikan untuk dibahas. Keempat isu prioritas tersebut adalah AI bagi Pendidikan Dasar, Penguatan Aliansi kerjasama TVET, asesmen dan pengakuan bersama dalam mendorong pendidikan lintas batas, serta ekspansi jejaring universitas BRICS.
Dalam era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI), Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto, menegaskan pentingnya integrasi teknologi ini dalam sektor pendidikan dan mendukung Brasil untuk membahas isu tersebut secara serius.
Baca Juga: Ibadah Haji 2025 Bermasalah, Timwas Haji Soroti Kurangnya Antisipasi Kemenag
Dalam sambutannya di Pertemuan BRICS, Menteri Brian mengungkapkan bahwa Indonesia dengan sistem pendidikan terbesar ke-4 di dunia yang melayani lebih dari 50 juta siswa, 3,3 juta guru, dan 430 ribu sekolah, melihat urgensi untuk memanfaatkan AI guna meningkatkan kualitas pembelajaran.
“Integrasi AI dalam pendidikan bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal, meningkatkan efisiensi para pendidik, serta memperluas aksesibilitas layanan pendidikan,” ujarnya.
Indonesia telah mengambil langkah nyata dalam mengimplementasikan komitmen ini dengan melengkapi sekolah-sekolah dengan teknologi digital dan meluncurkan platform pembelajaran nasional berbasis AI yang disebut “Supperapp Rumah Pendidikan.” Platform ini dirancang untuk memberikan akses layanan pendidikan yang terkurasi dan lebih personal bagi siswa, guru, dan sekolah.
Baca Juga: Galaxy S25 Edge, Buat yang Ingin Tampil Beda dan Trendy
Mulai tahun ini, Indonesia juga mengajarkan dasar-dasar AI dan coding kepada siswa dari tingkat dasar hingga menengah. “Kami menargetkan 50% dari lebih 100.000 sekolah di seluruh nusantara akan mengajarkan AI dan coding pada tahun 2028,” tambahnya.
Menteri Brian beserta seluruh ketua delegasi negara BRICS sepakat bahwa integrasi AI harus dilakukan dengan bijaksana, dengan mempertimbangkan etika, inklusivitas, sensitivitas kebudayaan, dan perspektif yang berpusat pada manusia.
Ia secara khusus menekankan pentingnya kolaborasi bersama dalam tantangan perkembangan digital. “Kami mendorong kolaborasi antar negara, khususnya dalam konteks BRICS, untuk berbagi praktik terbaik dan mendorong tata kelola yang bertanggung jawab dalam memanfaatkan potensi AI di bidang pendidikan,” ungkapnya.
Baca Juga: Gerakan Bali Bersih Sampah, Putri Suastini Koster Tegaskan Ini
Dalam konteks pendidikan tinggi, Indonesia mendukung inisiatif untuk membangun ruang bersama di bidang pendidikan tinggi di seluruh negara BRICS. “Kami percaya bahwa ini penting untuk memenuhi kebutuhan pasar talenta global yang semakin mobile dan kompetitif,” jelasnya.
Visi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) tentang Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Berdampak (Diktisaintek Berdampak) bertujuan untuk memperkuat peran perguruan tinggi sebagai pusat keterlibatan masyarakat, inovasi, dan kolaborasi industri. Kebijakan ini mendorong perguruan tinggi untuk lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat melalui penelitian terapan dan kemitraan strategis.
Mendiktisaintek berharap dapat menjajaki kolaborasi yang lebih kuat dalam lanskap pendidikan tinggi BRICS, khususnya melalui Universitas Jaringan BRICS (NU). “Kami ingin menjadi anggota aktif dari platform ini dan berkontribusi pada kelompok tematik yang ada, terutama yang terkait dengan ketahanan pangan, digitalisasi dalam pendidikan, ekonomi hijau, dan energi terbarukan,” tutupnya.
Baca Juga: Gubernur Koster Traktir Ribuan Cup Kopi di Hari Kasih Sayang Bali
Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, Indonesia siap berkontribusi dalam membentuk masa depan pendidikan yang lebih baik dan inklusif di seluruh negara BRICS. (*)