Buleleng, warnaberita.com - Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, menjadi pusat perhatian pada Sabtu dan Minggu, 14–15 Juni 2025.
Dalam balutan kegiatan bertajuk Semarak Desa, pemerintah desa, desa adat, dan PPUMI Bali bergandengan tangan menghidupkan kembali potensi lokal melalui beragam kegiatan yang menyatukan nilai sejarah, seni, spiritualitas, dan ekonomi rakyat.
Diselenggarakan di Gedung IPSA Desa Bengkel, rangkaian acara ini bukan sekadar pesta desa biasa. Di dalamnya, masyarakat diajak menyelami akar jati diri mereka.
Baca Juga: Buleleng Bangun Generasi Progresif dan Peduli Lingkungan
Dimulai dari sarasehan rembug wisata yang dilanjutkan dengan peluncuran buku Sejarah Desa Bengkel, warga dan tokoh masyarakat berbincang soal arah masa depan desa. Rangkaian juga diisi dengan melukat massal, pameran kuliner lokal bertajuk Nyakan Di Sisi, hingga parade baleganjur dan gebogan yang meriah.
Semarak Desa tak hanya dinikmati oleh masyarakat, tapi juga mendapatkan atensi serius dari para pejabat. Hadir di antaranya Anggota DPD RI Provinsi Bali Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Wakil Bupati Buleleng Gede Supriatna, serta sejumlah tokoh daerah lainnya. Dalam sambutannya, Supriatna mengapresiasi langkah kolaboratif lintas sektor yang dilakukan Desa Bengkel.
“Ini bukan seremoni biasa. Di sini terlihat sinergi antara pertanian, UMKM, dan pariwisata yang menjadi arah pembangunan Buleleng,” kata Supriatna yang akrab disapa Supit.
Baca Juga: Peringatan HLHS di Buleleng, Wujudkan Kelestarian Ekosistem
Ia menekankan pentingnya peran UMKM, khususnya yang dikelola oleh perempuan. “Lebih dari 63.000 pelaku UMKM ada di Buleleng. Dengan pariwisata sebagai pengungkit, produk olahan mereka bisa punya pasar yang jelas,” tegasnya.
Tak hanya urusan ekonomi, nilai-nilai spiritual juga menjadi denyut utama acara ini. Salah satu prosesi yang paling khidmat adalah Doa Bersama Pemarisudha Jagatmelantaran, di mana tujuh sulinggih dan para pemangku memanjatkan puja mantra 108 Bajra. Sebuah penghormatan mendalam kepada alam, leluhur, dan harmoni hidup.
Perbekel Bengkel, Putu Artana, menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi tonggak penting dalam upaya memperkuat jati diri desa. Salah satunya dengan menyusun awig-awig (aturan adat) dan pralinem sebagai pedoman masyarakat. Upaya ini juga selaras dengan Sosialisasi Empat Pilar dari MPR RI yang dibawakan oleh Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra.
Baca Juga: Pelajar Buleleng Diajak Lukis dengan Hati di Tengah Serbuan AI
“Kami sedang mengadaptasi beberapa referensi dari Sabunkaw. Harapannya, ketika awig-awig ini mulai diterapkan, warga kembali merasakan nilai-nilai asli sebagai krama Bengkel,” kata Artana.
Kegiatan juga dimeriahkan dengan peluncuran buku sejarah desa, diskusi sejarah, serta pameran kuliner yang memperkenalkan ragam masakan khas desa, mempertegas identitas Bengkel sebagai desa dengan potensi wisata berbasis budaya.
Baca Juga: Pemkab Buleleng Gandeng Kaum Perempuan Perangi Narkoba
Semarak Desa bukan sekadar ajang selebrasi, tetapi cerminan visi bersama: membangun desa dari akar, menjaga warisan leluhur, dan menata masa depan dengan semangat gotong royong. Sebuah contoh inspiratif yang layak direplikasi oleh desa-desa lainnya di Bali.(*)