Ketua DPR RI Soroti Gelombang PHK di Bali

Oleh Ragata KalyaSaturday, 14th June 2025 | 16:09 WIB
Ketua DPR RI Soroti Gelombang PHK di Bali
Ketua DPR RI Puan Maharani. (DPR RI)

Jakarta, warnaberita.com - Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di Bali belakangan ini.

Puan meminta pemerintah segera bertindak nyata untuk mengantisipasi terjadinya badai PHK yang lebih besar lagi di Pulau Dewata.  

Gelombang PHK yang juga melanda daerah pariwisata seperti Bali menjadi bukti bahwa sektor ketenagakerjaan di Indonesia sedang rapuh. Kita berharap Pemerintah bisa segera bertindak nyata menyelamatkan para tenaga kerja kita,” kata Puan dalam keterangan tertulisnya, Jumat (13/6).

Baca Juga: Badung dan Fujisawa Sepakat Perkuat Kerja Sama

Sebelumnya, sekitar 100 pekerja di sektor pariwisata di Bali mengalami PHK sejak awal 2025. Laporan PHK terhadap 100 pekerja dari salah satu hotel besar di Badung itu terjadi akibat lesunya kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition).

Terbaru, sebanyak 70 karyawan PT Coca Cola Bottling Indonesia juga terkena PHK. Pabrik yang berlokasi di Desa Werdi Bhuwana, Kecamatan Mengwi, Badung, Bali, itu dipastikan tutup mulai 1 Juli 2025. 

Puan menilai, gelombang PHK di Bali merupakan cermin nyata kerapuhan struktur ketenagakerjaan nasional, khususnya di daerah-daerah yang sangat bergantung pada sektor tertentu.

Baca Juga: Pembangunan Infrastruktur harus Berkelanjutan, Inklusif, dan Tangguh Iklim

“Kita tidak bisa menganggap gelombang PHK di Bali yang semakin melebar hanya sebagai kasus sporadis. Badai PHK terjadi karena adanya sebab-akibat. Pemerintah harus bisa menjawab tantangan ini,” tegas perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu.

"Gelombang PHK bisa berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Baik karena industri yang melemah, maupun karena menurunnya daya beli masyarakat akibat ribuan pekerja kehilangan mata pencaharian,” imbuh Puan.

Puan melihat hingga saat ini belum terlihat mekanisme konkret dan terukur dari Pemerintah pusat maupun Pemerintah daerah untuk merespons PHK massal yang semakin meluas.

Baca Juga: Pemerintah Fokus Jaga Strategi Jangka Menengah-Panjang di Tengah Ketidakpastian Global

"Termasuk belum ada skema pelatihan ulang (reskilling) yang siap dijalankan dan dukungan bagi pekerja yang di-PHK lalu memutuskan menjadi wirausaha kecil maupun pekerja di sektor informal,” ucap mantan Menko PMK tersebut.

Puan pun menilai, PHK yang kini merambah dari sektor manufaktur ke sektor pariwisata menunjukkan ketidaksiapan sistem ketenagakerjaan nasional dalam menghadapi tekanan ekonomi. 

"Bahkan daerah seperti Bali yang selama ini menjadi ikon pariwisata Indonesia, terkesan dibiarkan menghadapi krisis ini sendirian," jelas Puan. 

Baca Juga: Infrastruktur Fondasi Pengembangan Ekraf

Oleh karena itu, Puan mendorong pemerintah pusat untuk segera membentuk Gugus Tugas Nasional Penanggulangan PHK, dengan prioritas daerah terdampak seperti Bali, Batam, dan kawasan industri lainnya. 

“Penting juga mengevaluasi kebijakan efisiensi anggaran secara selektif. Efisiensi pastinya baik, tapi tetap juga harus mendukung ekonomi kerakyatan. Sektor seperti MICE yang memiliki multiplier effect tinggi tidak bisa disamakan dengan sektor belanja birokrasi biasa," paparnya.

Selain itu, Puan juga meminta Pemerintah mengintegrasikan program Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Pariwisata, terutama dalam hal pelatihan digital, peralihan sektor kerja, dan penguatan UMKM berbasis pariwisata.

Baca Juga: Targetkan Swasembada Gula Lebih Cepat, Mentan Amran Benahi Tata Kelola Tebu Nasional

“Tentunya juga harus ada insentif khusus untuk sektor hospitality dan manufaktur yang terbukti menyerap banyak tenaga kerja di tingkat lokal,” terang Puan.

“Jangan biarkan narasi pertumbuhan ekonomi jadi bising di pusat, tapi hening di daerah. Jika negara gagal hadir di tengah krisis ketenagakerjaan ini, maka kepercayaan publik akan runtuh perlahan," sambungnya.

Puan menekankan bahwa PHK bukan sekadar persoalan statistik semata, tetapi permasalahan sosial masyarakat yang berdampak pada kehidupan jutaan keluarga di Indonesia.  

"Pemerintah harus segera membuktikan bahwa Negara tidak hanya pandai bicara di panggung konferensi, tetapi juga tanggap dalam melindungi pekerja yang kini kehilangan pekerjaan dan sebagian juga kehilangan harapan," tutup Puan. (*)

Terkini

BBTF 2025 Angkat Pariwisata Hijau dan Warisan Budaya Indonesia
BBTF 2025 Angkat Pariwisata Hijau dan Warisan Budaya Indonesia
BADUNG | an hour ago
Tabanan Bersiap Gelar PKB XLVII, Panggung Budaya dan Identitas Lokal Kembali Menggema
Tabanan Bersiap Gelar PKB XLVII, Panggung Budaya dan Identitas Lokal Kembali Menggema
TABANAN | 3 hours ago
Meriahkan Warna Tabanan, FESTA 2025 Jadi Panggung Budaya dan Gotong Royong Warga
Meriahkan Warna Tabanan, FESTA 2025 Jadi Panggung Budaya dan Gotong Royong Warga
TABANAN | 4 hours ago
Mendaki Gunung Agung, Turis Slovakia Terpeleset dan Cedera
Mendaki Gunung Agung, Turis Slovakia Terpeleset dan Cedera
KARANGASEM | 4 hours ago
Semarak Desa Bengkel, Menyulam Tradisi dan Spiritualitas dalam Satu Napas
Semarak Desa Bengkel, Menyulam Tradisi dan Spiritualitas dalam Satu Napas
BULELENG | 5 hours ago
Jamaah Gunakan SPLP Diimbau Lapor ke PPIH Bandara
Jamaah Gunakan SPLP Diimbau Lapor ke PPIH Bandara
NASIONAL | 6 hours ago
Ketua DPR RI Soroti Gelombang PHK di Bali
Ketua DPR RI Soroti Gelombang PHK di Bali
EKONOMI | 7 hours ago
Indonesia Dukung Filipina Hadapi Tugas Ketua ASEAN 2026
Indonesia Dukung Filipina Hadapi Tugas Ketua ASEAN 2026
NASIONAL | 8 hours ago
Suzuki Catat Pertumbuhan Penjualan 11 Persen, Mobil Produksi Indonesia Mendominasi
Suzuki Catat Pertumbuhan Penjualan 11 Persen, Mobil Produksi Indonesia Mendominasi
OTOMOTIF | 9 hours ago
Ikuti Osaka World Expo 2025, Indonesia Perkenalkan Industri Wellness Tourism
Ikuti Osaka World Expo 2025, Indonesia Perkenalkan Industri Wellness Tourism
PELESIR | 10 hours ago
© 2025 Warnaberita.com - All Rights Reserved
Warnai Hidup dengan Ragam Berita