Jakarta, warnaberita.com - Di era digital ini, reputasi bukan lagi sekedar citra yang dikendalikan merek, namun merupakan hasil kolaborasi dinamis antara merek dan audiens, dan resiprokal atau dua arah.
Audiens memegang peranan penting dalam membentuk, membangun dan mempertajam reputasi merek usaha.
Sari Soegondo, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan PR Indonesia (APPRI) dalam sesi GNFI Talk “Beyond Campaign: Creating Real and Sustainable Impact” beberapa waktu lalu mengutarakan reputasi digital adalah representasi merek di dunia maya, yang tercermin dari penilaian pihak lain melalui platform digital. Bisa dalam bentuk ulasan pelanggan hingga artikel yang ditulis secara tulus oleh pihak ketiga.
Baca Juga: Menekraf Dukung Lisensi Merek Lokal Jadi Solusi Perlindungan Kekayaan Intelektual
Melalui cara-cara digital maupun non-digital, reputation building tidaklah mudah dan juga tidak terbentuk dalam waktu singkat.
Ia mengatakan reputasi brand dibangun bertahun-tahun dapat dihancurkan dalam hitungan detik. Informasi, baik positif maupun negatif, menyebar dengan cepat melalui platform digital – jauh lebih cepat dibandingkan media tradisional - sehingga persepsi publik dapat berubah secara drastis dalam waktu singkat.
"Insiden kecil dapat dengan cepat berubah menjadi krisis besar jika tidak ditangani dengan efektif. Klarifikasi fakta dan transparansi terhadap konsumen sangat penting sehingga tidak menarik perhatian publik dan media secara luas, yang berpotensi merusak reputasi brand,” ungkap Sari yang juga adalah co-founder ID COMM.
Baca Juga: Katalog “The Beauty of Indonesia” untuk Kembangkan Fotografi Indonesia di Kancah Internasional
Kini, audiens bukan lagi penerima pasif. Mereka adalah partisipan aktif yang dapat dengan mudah menyebarkan informasi, berbagi pengalaman, dan memberikan ulasan melalui platform digital yang beroperasi 24/7. “Dunia digital itu always on,” tambah Sari.
Informasi yang kurang akurat dapat dengan cepat berkembang menjadi misinformasi, yang berpotensi merusak reputasi dan mengurangi kepercayaan publik.
Oleh karenanya, reputasi digital yang kuat sejak awal perlu dibangun dengan strategi dan pendekatan yang ideal. Otentisitas, konsistensi dan penjangkauan aktif kepada konsumen adalah kunci.
Baca Juga: Kopdes Merah Putih Perkuat Daya Tahan Ekonomi Nasional di Tengah Dinamika Global
Sebuah brand perlu berinteraksi dengan konsumennya secara otentik, menyampaikan pesan yang konsisten melalui berbagai saluran, dan memberi umpan balik terhadap respon konsumen secara cepat dan efektif.
● Keaslian (Authenticity)
Memancarkan diri atau merk yang sesungguhnya. Pencitraan semu atau individu yang terbiasa mengelola lebih dari satu akun media sosial dapat membentuk image yang berbeda dan menghasilkan dampak yang berbeda pula (yang belum tentu positif dan produktif) karena kontennya diproduksi dengan maksud dan tujuan berbeda.
Baca Juga: Survei : Satu dari 3 Nasabah Salahkan Bank Jika Alami Kerugian Akibat Penipuan
● Konsisten (Consistency)
Reputasi yang telah terbentuk dengan baik, harus dipertahankann agar nama baik dan ciri khas dapat terjaga selama mungkin (selamanya). .
● Transparan (Tranparancy)
Baca Juga: Songkran World Water Festival, Bangkok Jadi Taman Bermain Air
Selalu jujur, bersikap wajar, dan proporsional.
Sari menambahkan bahwa kepercayaan publik adalah fondasi loyalitas audiens dan kesuksesan jangka panjang. “Audiens yang loyal akan menyertai usaha kita, bahkan rela menjadi pembela di saat kita kesulitan.Mereka yang setia berpihak pada kita akan bersedia meng-endorse dengan suka rela, sehingga memberikan long term benefit," jelasnya.
Seiring perkembangan teknologi, peran kecerdasan buatan (AI) dan otomasi akan semakin penting dalam manajemen reputasi. AI dapat digunakan untuk melakukan analisis prediktif dan memberikan respons yang lebih cepat.
Privasi dan etika juga perlu menjadi pertimbangan utama. Publik akan menuntut transparansi dalam pengelolaan data dan praktik AI yang etis. Pada akhirnya, publik mengharapkan merek untuk bersikap transparan, responsif, dan berempati, mendorong evolusi menuju manajemen reputasi yang lebih berpusat pada manusia. (*)