Jakarta, warnaberita.com – Menteri Ekraf Teuku Riefky menekankan peran penting arsitektur sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif.
Hal ini diungkapkan Menteri Ekraf saat menerima kunjungan perwakilan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) dalam rangka dukungan kolaborasi event tahunan skala internasional dari IAI.
“Arsitektur sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif memiliki peran penting. Sinergi atau kolaborasi bersama IAI bisa merancang solusi ekonomi kreatif menjadi mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional yang tentu dimulai dari daerah. Sebab potensi arsitek itu pasti tersebar dari berbagai daerah. Dengan demikian arsitektur juga mampu meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas dengan orientasi pada kesejahteraan masyarakat,” ujar Menteri Ekraf Teuku Riefky dalam pertemuan yang diadakan di Gedung Film Pesona Indonesia, Jakarta pada Kamis, 17 April 2025.
IAI sendiri merupakan organisasi profesi arsitek di Indonesia yang berfungsi sebagai wadah bagi para arsitek untuk meningkatkan profesionalisme, mengembangkan standar etika, dan memperjuangkan kepentingan arsitek di tingkat nasional maupun internasional sejak tahun 1959.
Menteri Ekraf menyebutkan pentingnya arsitek berkualitas sehingga memiliki nilai tambah yang bisa berkolaborasi dengan 17 subsektor lain seperti perfilman, kriya, gim, dan lain-lain.
“Supaya kewirausahaan makin berkembang dan subsektor arsitek makin maju, para arsitek bisa berkolaborasi dengan subsektor lain. Apalagi kami sudah intens komunikasi dengan lebih dari 100 asosiasi sehingga akan tercipta kolaborasi lintas subsektor,” kata Menteri Ekraf Teuku Riefky.
Baca Juga: Pemda Diminta Gercep Siapkan Sekolah Rakyat
“Dengan keterlibatan IAI, diharapkan banyak lintas kementerian atau antarlembaga juga ikut membentuk praktik kolaborasi terbaik. Seperti saat ini, kami jajaki bersama Menteri PKP untuk skema memfasilitasi likuiditas pembiayaan perumahan untuk para stakeholder ekonomi kreatif,” tambahnya.
Di sisi lain Menteri Ekraf Teuku Riefky berharap ada pendekatan integrasi data terkait status keanggotaan arsitek yang sudah terdaftar IAI. Ia menekankan integrasi data yang penting untuk keberlanjutan.
“Kami akan terus berupaya menyusun data-data pegiat ekonomi kreatif, termasuk profesi arsitek. Dengan begitu para arsitek yang sudah terdaftar IAI bisa dilibatkan dalam riset dan kajian. Sebab arsitek juga harus dapat prioritas melalui fasilitasi maupun kredit usaha arsitek sehingga kebijakan Pemerintah dapat beri manfaat lebih nyata,” kata Menteri Ekraf.
Baca Juga: "Mungkin Kita Perlu Waktu" Ingatkan Pentingnya Ngobrol dengan Keluarga
IAI sendiri memiliki anggota hampir 27 ribu orang yang 6 ribu di antaranya sudah terregister. Peran IAI penting dalam advokasi kebijakan tata kota, pelestarian warisan budaya, serta penyelenggaraan berbagai seminar, kompetisi, dan kegiatan yang mendukung perkembangan dunia arsitektur.
Menanggapi Menteri Ekraf Teuku Riefky, Firman S Herwanto selaku Wakil Ketua Umum 2 IAI mengatakan pertemuan ini sekaligus sebagai bentuk pengenalan kekuatan profesi arsitek di Indonesia. Dia juga mendorong partisipasi pemerintah untuk memajukan ekosistem ekonomi kreatif.
“Arsitektur itu masuk dalam subsektor ekraf karena ada unsur kreativitas di dalamnya. Pertemuan ini dan kegiatan-kegiatan yang akan IAI lakukan sebagai salah satu upaya kami untuk mempromosikan arsitektur Indonesia ke level regional maupun internasional,” kata Firman.
Baca Juga: Mangkal di "Traffic Lights" Simpang Tohpati, Empat Gepeng Diamankan
Ia juga berharap Kementerian Ekraf mendukung perhelatan ARCH:ID yang merupakan forum tahunan arsitektur. Event itu akan digelar pada 8-11 Mei 2025 di ICE BSD City, Tangerang Selatan.
“ARCH:ID ialah forum arsitektur tahunan yang menjadi momen bagi para pemangku arsitektur untuk kumpul, kolaborasi, dan terhubung. Fokus utama acara ini yaitu exhibition and conference. Di pameran bakal ada kolaborasi desain-desain booth yang unik dengan konsep performative archipelagos sebagai karya arsitek lintas generasi. Selain itu, kami juga akan buat konferensi internasional selama dua hari dengan pembicara dari pemerhati kota yang memfasilitasi kesempatan transaksi bisnis, berbagi pengetahuan atau pertukaran ide, dan bangun jaringan kolaborasi dalam lingkungan arsitektur,” jelas Firman. (*)