Ternate, warnaberita.com - Universitas Khairun (Unkhair) terus menunjukkan komitmennya dalam mengimplementasikan tridarma perguruan tinggi melalui penelitian dan pengabdian masyarakat yang berdampak langsung.
Melalui program Kedaireka, hasil inisiasi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), para dosen dan mahasiswa Unkhair berhasil mengembangkan riset-riset aplikatif, mulai dari produk pangan hingga inovasi probiotik yang mendukung sektor perikanan di Maluku Utara.
Salah satu contoh keberhasilan implementasi riset datang dari kolaborasi antara Unkhair dan UMKM lokal Myristica, yang digawangi oleh Amalia Soliha.
Baca Juga: Siapa yang Berhak Dapat PIP? Yuks Cek di Sini
“Awalnya kami dikunjungi oleh pihak universitas, tepatnya oleh Dr. Hamidin, yang menawarkan kemitraan untuk mengembangkan olahan berbasis rempah lokal,” ungkap Amalia.
Bersama Unkhair, Myristica mengembangkan produk makanan berbasis pala dan rempah khas Ternate menjadi produk makanan kaleng dengan standar kebersihan dan ketahanan tinggi.
“Produk-produk yang telah dikalengkan ini memudahkan distribusi, lebih higienis, dan bisa dimanfaatkan kapan saja. Saya bahkan membayangkan produk ini bisa menjadi bekal praktis untuk para pekerja tambang di wilayah kami,” jelas Amalia.
Baca Juga: Presiden Prabowo Sampaikan Belasungkawa Wafatnya Paus Fransiskus
Selain itu, ia juga menekankan manfaat dari sisi manajerial, seperti pelatihan penyusunan laporan keuangan dan pemanfaatan limbah produksi yang sebelumnya belum terpikirkan.
Di sisi akademik, Hamidin Rasulu, dosen dari Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, menjelaskan bahwa sejak 2022, telah mengembangkan berbagai prototipe makanan kaleng seperti sambal roa, sambal cumi, ayam paniki, hingga ikan garo rica.
Pada 2024, riset tersebut berhasil memperoleh pendanaan dari program padanan Kedaireka untuk tahap hilirisasi dan komersialisasi.
Baca Juga: Pendaftaran UM-PTKIN 2025 Sudah Dibuka, Cek Jadwalnya!
“Kami berhasil mengajukan lima produk untuk memperoleh sertifikasi halal, CPPOB dari BPOM, dan HACCP dari Badan Standarisasi Nasional. Tahun 2025 kami targetkan sudah bisa produksi massal dan penjualan,” jelas Hamidin.
Senada dengan hal tersebut, dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Waode Munaini juga merasakan dampak besar dari program Kedaireka.
Ia fokus pada riset pemanfaatan probiotik dan bahan herbal untuk budidaya perikanan.
Baca Juga: Indonesia-RRT Lakukan Dialog 2+2 di Beijing, Rancang Arah Baru Kerja Sama
“Dengan dukungan Kedaireka, produk probiotik kami yang awalnya hanya digunakan di laboratorium kini bisa diaplikasikan langsung ke tambak dan diuji dalam skala luas,” jelas Waode.
Salah satu kegiatan risetnya pada tahun 2024 berhasil mendapatkan pendanaan dari BIMA, termasuk pengujian produk probiotik pada ikan nila sistem bioflok menggunakan bahan herbal seperti bawang hutan.
Produk ini bahkan telah memiliki hak paten yang diterbitkan awal tahun ini.
Baca Juga: Malaysia Pelajari Upaya Penanganan Bencana Indonesia
Dampak dari riset-riset ini juga dirasakan langsung oleh masyarakat, Faisal salah satunya.
Pembudidaya udang dari Kelurahan Fitu itu merasakan manfaat dari produk probiotik hasil riset Unkhair.
“Sebelumnya produksi udang saya hanya satu ton per siklus, tapi setelah menggunakan produk dari Bu Waode bisa meningkat jadi tiga sampai empat ton. Kami butuh pelatihan, pendampingan, dan penyediaan pakan alternatif. Program seperti Kedaireka ini penting dan seharusnya bisa berlangsung setiap tahun,” harap Faisal.
Keberhasilan program Kedaireka di Unkhair menunjukkan bahwa sinergi antara kampus, pemerintah, dan pelaku usaha lokal mampu mengubah hasil riset menjadi solusi nyata bagi tantangan di masyarakat.
Inisiatif seperti ini membuktikan bahwa kebermanfaatan ilmu pengetahuan bisa langsung dirasakan, bukan hanya di ruang kelas atau jurnal akademik, tapi juga di ladang, tambak, dan dapur masyarakat Maluku Utara. (*)