Madinah, warnaberita.com - Pergerakan jemaah haji gelombang pertama dari Madinah menuju Makkah telah dimulai.
Mengantisipasi potensi peningkatan risiko kesehatan selama fase krusial ibadah haji ini, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) telah menyiapkan serangkaian langkah strategis untuk melindungi kesehatan dan keselamatan jemaah.
dr. Mohammad Imran, Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi menyatakan bahwa fokus utama saat ini adalah memberikan pelayanan kesehatan yang optimal bagi seluruh jemaah, terutama menjelang puncak ibadah haji.
Baca Juga: Kejurprov Hockey Bali 2025 Resmi Dibuka, 5 Daerah Siap Bertarung
“KKHI telah menyiapkan dan melakukan berbagai hal strategis untuk pergerakan jemaah dari Madinah ke Makkah ini,” ujar dr. Imran.
Pertama, menguatkan layanan kesehatan yang proaktif di penginapan/sektor dengan konsolidasi Tim Kesehatan Haji Kloter (TKHK) dan tim visitasi KKHI langsung ke penginapan jemaah.
Tim ini diperkuat dengan kehadiran dokter spesialis penyakit dalam, jantung, dan paru-paru untuk memberikan konsultasi dan penanganan dini bagi jemaah yang memiliki risiko kesehatan tinggi.
Langkah ini bertujuan untuk mendeteksi dan menangani masalah kesehatan sebelum memerlukan penanganan yang lebih intensif.
Kedua, menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai dan terstandardisasi, baik di KKHI Makkah maupun Madinah.
Fasilitas ini dilengkapi dengan Unit Gawat Darurat (UGD) untuk penanganan kasus emergensi, ruang observasi untuk pemantauan kondisi jemaah, ambulans untuk transportasi medis, serta ruang rawat inap umum dan ruang rawat inap khusus bagi pasien dengan masalah kejiwaan.
Baca Juga: Bangun Industri Sulit, Hancurkan Mudah Sekali
Kesiapan fasilitas ini diharapkan dapat memberikan respons cepat dan tepat terhadap berbagai kondisi kesehatan jemaah.
Ketiga, optimalisasi sistem rujukan kegawatdaruratan, di mana KKHI telah bekerja sama dengan Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) untuk memastikan kelancaran rujukan kegawatdaruratan bagi jemaah yang membutuhkan perawatan lanjutan dan intensif.
"Keempat, melibatkan secara aktif ketua regu dan rombongan melalui petugas kesehatan haji. Pentingnya peran aktif ketua regu dan rombongan dalam mengawasi kondisi kesehatan anggota jemaahnya, terutama mereka yang rentan. Pendampingan sesama jemaah dan petugas kloter juga digalakkan untuk memberikan dukungan dan perhatian ekstra kepada jemaah yang membutuhkan bantuan,” papar Imran.
Baca Juga: Kementerian PU dan IAI Bahas Penguatan Tata Kelola Profesi Arsitek dan Reformasi Regulasi
Kelima, menggencarkan edukasi kesehatan kepada jemaah dengan melakukan: minum oralit sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang setelah aktivitas fisik ibadah di tengah cuaca panas ekstrem, minum air putih atau air zam-zam minimal 2 liter sehari secara bertahap untuk mencegah dehidrasi, megggunakan Alat Pelindung Diri (APD) personal seperti sandal, kaca mata hitam, payung dan krim tabir surya untuk melindungi paparan sinar matahari langsung, serta masker untuk mencegah debu dan polusi udara, istirahat yang cukup untuk menjaga stamina dan kebugaran tubuh serta mengonsumsi makanan bergizi seimbang untuk menjaga daya tahan tubuh.
“Kami harapkan dengan berbagai upaya kesehatan dan sinergisitas ini, jemaah dapat menjalankan ibadah dengan lancar dan kembali ke Tanah Air dalam keadaan sehat walafiat,” tutup Imran. (*)