Bulelen, warnaberita.com - Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) mulai merancang langkah strategis untuk membangkitkan sektor perkebunan kopi di wilayahnya.
Fokus utama diarahkan pada penyusunan roadmap pengembangan dua jenis kopi unggulan, yakni Arabika dan Robusta. Upaya ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi besar yang selama ini belum tergarap maksimal dan mengangkat kesejahteraan petani lokal.
Bertempat di Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Buleleng pada Senin, 20 Mei 2025, kegiatan penyusunan roadmap ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan: akademisi, pelaku usaha, serta instansi terkait. Saat ini, proses masih berada pada tahap diskusi Laporan Antara, yang menjadi dasar pembentukan rencana strategis jangka menengah dan panjang.
Baca Juga: Tiga Wilayah di Buleleng Jadi Percontohan Ruang Bersama Indonesia
Ketua Tim Pelaksana, I Wayan Rideng, akademisi dari Universitas Warmadewa, menyoroti adanya kesenjangan nyata antara potensi kopi di Buleleng dengan nilai tambah yang dinikmati petani. Ia menyampaikan bahwa banyak kopi hasil Buleleng justru dijual oleh pihak luar dengan merek dari daerah lain.
“Kita punya kualitas, punya lahan luas, tapi petani hanya dapat ‘ampasnya’. Mereka kehilangan semangat karena tidak menikmati hasil secara maksimal,” ujar Rideng.
Kopi Bali sejatinya telah memiliki tempat tersendiri di pasar nasional bahkan internasional. Branding seperti Kopi Kintamani sudah dikenal luas dan menjadi komoditas ekspor andalan. Namun di sisi lain, kopi dari Buleleng masih belum memiliki identitas merek yang kuat, sehingga kerap tak dikenali sebagai produk lokal.
Baca Juga: Kasus DBD di Buleleng Menurun Drastis, Dinkes Tekankan PSN Lebih Efektif dari Fogging
Data terakhir menunjukkan luas perkebunan kopi Arabika di Buleleng mencapai 2.854 hektar dan Robusta 10.272 hektar. Meski demikian, ada sekitar 700 hektar lahan yang masih belum produktif. Angka ini mencerminkan potensi besar yang bisa dikembangkan dengan pendekatan yang tepat.
Brida Kabupaten Buleleng bersama tim akademisi berkomitmen menyusun roadmap yang tidak hanya menargetkan peningkatan produksi dan kualitas, tetapi juga pemberdayaan petani dari hulu ke hilir. Ini termasuk penguatan kelembagaan petani, pengembangan merek lokal, hingga strategi pemasaran berbasis kekhasan daerah.
“Tujuan akhir kita adalah menciptakan sistem yang berkeadilan. Petani harus jadi subjek pembangunan, bukan hanya penonton. Ini bukan proyek sesaat, tapi proses jangka panjang yang menyentuh langsung kehidupan mereka,” tegas Rideng.
Baca Juga: Pemkab Buleleng Bentuk Satgas Anti-Premanisme dan Ormas Bermasalah
Melalui inisiatif ini, diharapkan sektor perkebunan kopi di Buleleng kembali bergairah dan mampu bersaing, bukan hanya di pasar lokal, tetapi juga nasional dan internasional. Pemerintah pun optimistis, langkah ini akan menjadi titik balik dalam penguatan ekonomi rakyat berbasis potensi lokal.(*)