Bandung, warnaberita.com – Puluhan mahasiswa dari berbagai kampus pada Regional I yakni DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat mengikuti Indonesia Future Leaders Camp (FLC) 2025, Sabtu (29/10/2025), di Gedung Hj. Kartimi Kridhoharsojo, Universitas Islam Bandung (Unisba).
Sebagaimana dikutip dari laman kemdiktisaintek.go.id, kegiatan yang digelar Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) ini, menjadi ruang bagi mahasiswa untuk memaknai kembali arti kepemimpinan di era yang serbacepat dan digital.
Sebanyak 60 peserta terpilih mengikuti FLC Regional I yang merupakan ketua atau pengurus BEM di tingkat universitas dan ketua atau pengurus organisasi ekstrakampus di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, yang lolos seleksi administrasi.
Sorotan tentang nilai-nilai kepemimpinan juga datang dari narasumber Salman Subakat. Co-founder Paragon Technology and Innovation itu berbagi kisah perjalanan karirnya dari ruang kecil hingga membangun perusahaan besar. Ia mengatakan, kunci dari segala bentuk kepemimpinan adalah kejujuran dan rasa kemanusiaan.
“Saya selalu kagum melihat semangat mahasiswa. Di situlah lahir pemimpin-pemimpin sejati yang belajar melayani, bukan sekadar memerintah,” tutur Salman, memancing anggukan dari para peserta.
Salman menegaskan bahwa kepemimpinan tidak bisa dibentuk dalam semalam. Ia tumbuh dari kebiasaan sederhana berupa mendengarkan, menghargai, dan berani bertanggung jawab. Menurutnya, kampus harus menjadi ruang aman bagi mahasiswa untuk belajar gagal, belajar memimpin, dan belajar memperjuangkan nilai.
Sementara itu, Imam Santoso, dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga kreator konten dan praktisi komunikasi publik, memberi warna berbeda dalam sesi bertajuk “The Power of Storytelling in Driving Social Change.” Dengan gaya santai, ia menegaskan bahwa kekuatan seorang pemimpin modern terletak pada kemampuan bercerita dan menginspirasi publik.
“Pemimpin besar dunia selalu punya kemampuan bercerita. Storytelling membuat orang mau mendengarkan, percaya, dan bergerak,” katanya.
Imam memaparkan bahwa di era media sosial, kemampuan menyampaikan pesan menjadi modal penting dalam membangun pengaruh.
“Anak muda sekarang punya panggungnya sendiri. Dari Instagram, TikTok, sampai podcast pun semuanya bisa jadi ruang kepemimpinan. Pertanyaannya, apakah kita menggunakan ruang itu untuk hal yang berarti?” ujarnya.
Ia membagikan kisah pribadinya membangun karier secara otodidak, menunjukkan bahwa pemimpin tidak selalu lahir dari posisi, tetapi dari konsistensi.
“Saya tidak pernah sekolah komunikasi, tapi saya belajar dari kesalahan dan pengalaman. Dari situlah saya sadar, memimpin itu bukan soal siapa yang paling pintar bicara, tapi siapa yang paling berani mendengarkan,” imbuhnya, disambut tepuk tangan hangat.
FLC 2025 tak hanya menghadirkan sesi inspiratif, tetapi juga berbagai kegiatan interaktif: diskusi kelompok, simulasi kepemimpinan, hingga leadership challenge yang menguji kemampuan peserta mengambil keputusan di bawah tekanan. Dari sana, peserta belajar bahwa kepemimpinan adalah seni keseimbangan antara logika dan empati.
Di ujung acara, suasana berubah hening saat seluruh peserta diajak melakukan refleksi bersama tentang makna kepemimpinan dalam kehidupan mereka. Seorang mahasiswa dari Politeknik Krakatau Cilegon, Nafisha Zachra menyampaikan pandangannya.
“Saya sadar, jadi pemimpin itu bukan soal bisa memerintah, tapi soal siap mendengarkan orang lain,” ucapnya bersemangat yang disambut tepuk tangan rekan-rekannya.
Rektor Unisba, A. Harits Nu’man turut memberikan apresiasi terhadap kegiatan ini. Ia menyebut bahwa FLC menjadi wadah penting bagi mahasiswa untuk belajar memimpin dengan pendekatan yang humanis dan relevan dengan tantangan masa kini.
“FLC bukan sekadar pelatihan, tapi sebuah proses pembentukan karakter bangsa,” tuturnya.
Acara FLC disebut Rektor Unisba memberikan sebuah insight baru kepada mahasiswa, dimana mahasiswa itu harus punya daya saing tinggi, berilmu, berkarakter dan juga memiliki integritas.
“Mudah-mudahan ini (forum FLC, red) betul-betul meresap di hati mahasiswa, untuk menjadi pemimpin masa depan yang tangguh dan berintegritas, untuk sama-sama maju. Dan mudah-mudahan di tahun 2045 nanti sebagai Indonesia Emas lahir para pemimpin yang tentunya melalui Future Leader Camp 2025,” pungkas Rektor Harits. (*)
