Denpasar, warnaberita.com - Banyak orang masih berangapan sate kambing bisa berhubungan dengan hipertensi. Opini seperti ini memang tidak jarang muncul di media sosial.
Menurut dr. Erta P.W. SpJP, FIHA, seorang spesialis jantung dan pembuluh darah dalam unggahannya di TikTok, sate kambing sebagai makanan tidak otomatis membuat seseorang langsung terkena hipertensi. Namun, komponen-komponen dalam sate kambing, seperti lemak jenuh, kolesterol, dan cara pengolahannya yang dibakar dengan tambahan garam dan kecap manis, bisa berkontribusi pada faktor risiko hipertensi jika dikonsumsi berlebihan dan rutin.
"Masyarakat harus membedakan antara sate kambing yang bisa menyebabkan hipertensi dengan sate kambing yang bisa memperburuk kondisi hipertensi. Sebab, kedua hal ini sangat berbeda. Apalagi, daging kambing sering dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah, tapi bukan karena kambing punya kutukan atau dendam pribadi dengan pembuluh darah kita," jelasnya.
Baca Juga: Tengkleng, Kuliner Khas Solo yang Lahir di Masa Penjajahan
Kambing, seperti hewan berkaki empat lainnya, mengandung lemak jenuh yang cukup tinggi. Lemak jenuh ini, jika masuk ke tubuh terlalu sering dan dalam jumlah besar, bisa memicu peningkatan kolesterol jahat (LDL) dan menyebabkan kekakuan pembuluh darah. Nah, pembuluh darah yang kaku inilah yang membuat tekanan darah mudah meningkat.
Jika Anda makan sate kambing sekali sebulan atau bahkan dua kali sebulan dalam porsi normal, seperti 5-10 tusuk tanpa lemak berlebih dan tidak menambah dua piring nasi ditambah es teh manis jumbo, kemungkinan besar itu aman. Apalagi jika Anda berolahraga secara teratur dan tidak memiliki riwayat hipertensi.
Beda cerita jika Anda makan sate kambing tiga kali seminggu dengan tambahan lemak, nasi, tidak berolahraga, dan kebetulan obesitas dengan tekanan darah 150/100 mmHg. Nah, di sinilah makanan mulai menjadi bagian dari masalah yang terkait dengan komentar yang mengatakan sate kambing tidak ada hubungannya dengan hipertensi.
Baca Juga: Sepuluh Kuliner Malam di Pulau Dewata
Ini mungkin berasal dari pengalaman pribadi atau pengalaman sehari-hari yang tidak mewakili kondisi medis umum. Masalah dengan hipertensi disebut sebagai "silent killer" karena seringkali tanpa gejala dan memerlukan pemeriksaan tekanan darah untuk mengetahui kondisinya. Jadi, seseorang bisa merasa baik-baik saja setelah makan sate kambing, tapi pembuluh darahnya sebenarnya sedang memanggil minta tolong.
Satu hal menarik ada juga studi di beberapa negara yang menunjukkan bahwa konsumsi daging merah, termasuk kambing, dalam jumlah tinggi dan frekuensi yang sering, berkorelasi positif dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk hipertensi. Jadi, bukan hanya kambingnya, tetapi pola makan secara keseluruhan yang umumnya tinggi lemak jenuh dan rendah serat adalah akar masalahnya.
Makanan yang baik bukan musuh, tetapi perlu dikendalikan. Terkadang orang merasa bahwa ilmu medis itu seperti sok tahu atau ngarang. Padahal semua nasihat yang diberikan oleh dokter, biasanya berasal dari penelitian ilmiah yang dipelajari dengan serius oleh para ahli. Jadi, itu bukan berarti dokter ingin melarang orang makan makanan enak. Namunm hanya ingin membantu Anda tetap sehat dan panjang umur.
Baca Juga: Pemerintah Berikan Bantuan Rumah Bersubsidi untuk Tenaga Kesehatan, Ini Syaratnya!
Bukan berarti Anda harus putus cinta dengan sate, tapi lebih kepada menjaga hubungan yang sehat dan saling menguntungkan dengan sate. Nikmatilah, tubuh Anda tenang karena tetap sehat. Jadi, jika Anda suka sate kambing, nikmatilah dengan bijak. Pilih bagian daging yang ramping, batasi porsinya, tidak terlalu sering, dan seimbangkan juga dengan sayuran, buah, olahraga, dan pemeriksaan tekanan darah secara rutin.
Terakhir, jika Anda merasa edukasi ini penting dan ingin teman-teman Anda tahu bahwa sate kambing bukan penyebab hipertensi, mari bagikan video ini. Siapa tahu ini bisa membantu satu atau dua orang lebih sadar tentang pola makan mereka dan tetap bisa menikmati makanan tradisional tanpa mengorbankan kesehatan.(*)