Jakarta, warnaberita.com- Becton, Dickinson and Company (BD), perusahaan teknologi medis global terkemuka, memperingati Hari Kartini dengan meluncurkan inisiatif untuk mendorong deteksi dini kanker serviks.
Upaya ini terinspirasi oleh semangat Kartini dalam memperjuangkan hak dan pendidikan bagi perempuan Indonesia.
Melalui kolaborasi dengan Rumah Sakit Kanker Dharmais di bawah naungan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, BD memperkenalkan pendekatan pengambilan sampel human papillomavirus (HPV)-DNA secara mandiri yang dirancang untuk memperluas akses perempuan terhadap skrining yang dapat mencegah kanker serviks.
Baca Juga: Ditemukan 9 Produk Pangan Olahan Mengandung Babi, 7 Di Antaranya Bersertifikat Halal
Inisiatif ini sekaligus memperkuat komitmen BD dalam meningkatkan akses layanan kesehatan, khususnya bagi perempuan di Indonesia.
Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais, dr. Raden Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo, MARS,
menegaskan pentingnya deteksi dini dalam pencegahan kanker serviks:
“Masih banyak perempuan yang belum
memahami risiko infeksi HPV serta peran penting deteksi dini dalam pencegahan kanker serviks. Dengan
mengintegrasikan metode pengambilan sampel mandiri untuk uji skrining HPV DNA, kami bisa menjangkau lebih
banyak perempuan dan memastikan penanganan yang cepat dan tepat. Inisiatif ini memperkuat langkah kita dalam
menurunkan beban kanker serviks di Indonesia dan mendorong perempuan untuk lebih peduli terhadap
kesehatannya," paparnya.
Baca Juga: Mulai Dilirik Sektor Industri, Pabrik di China Gunakan Robot Humanoid Tangani Tugas Berat
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua pada perempuan di Indonesia, dengan 36.633 kasus baru tercatat pada 2021.
Sebanyak 95 persen kasus kanker serviks terkait dengan infeksi HPV, namun angka skrining masih rendah akibat rasa tidak nyaman, kurangnya kesadaran, dan keterbatasan akses.
Menanggapi tantangan tersebut, BD menghadirkan teknologi pengambilan sampel mandiri yang memungkinkan
perempuan melakukan pemeriksaan dengan lebih nyaman dan fleksibel.
Baca Juga: Wamenpora: Karier Atlet Jangan Jadi Korban Konflik
Metode ini sudah diadopsi di berbagai
negara seperti Belanda, Denmark, dan Swedia, dan terbukti membantu negara-negara tersebut mencapai target
skrining yang ditetapkan World Health Organization (WHO).
Acara peringatan Hari Kartini yang digelar di Jakarta Barat menjadi simbol pemberdayaan perempuan melalui
skrining berbasis populasi, diskusi interaktif bersama pakar medis, serta edukasi tentang pentingnya skrining HPV dan deteksi dini.
Peserta juga diperkenalkan pada manfaat dari pengambilan sampel HPV-DNA secara mandiri yang
lebih nyaman dan mudah dibandingkan metode konvensional.
Baca Juga: Triwulan I 2025, ITDC Catat Okupansi Hotel di Nusa Dua Mencapai 68 Persen
“Kami senang dapat bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, rumah sakit milik negara
maupun swasta, serta pakar medis global dalam menghadirkan upaya pencegahan kanker serviks yang lebih dekat dengan masyarakat. Inisiatif ini mencerminkan komitmen kami dalam mendukung target eliminasi kanker serviks Indonesia pada 2030,” ujar Hari Nurcahyo, Country Business Leader, BD Indonesia.
Survei terbaru dari BD juga mengungkap masih besarnya kesenjangan dalam pengetahuan dan akses.
Meski 92 persen perempuan Indonesia tahu bahwa kanker serviks bisa dicegah melalui pemeriksaan rutin, 70 persen di
antaranya menunda kunjungan ke dokter kandungan karena takut atau tidak nyaman.
Baca Juga: Indonesia Pamerkan Pariwisata dan Pertunjukan Budaya di Maladewa
Bahkan, 95 persen belum
menyadari bahwa Pap smear bukan metode paling akurat untuk mendeteksi kanker serviks, sekitar 75 persen
perempuan menginginkan metode pemeriksaan yang lebih nyaman, dan 81 persen memilih opsi pengambilan
sampel mandiri di rumah BD Indonesia bekerja sama dengan Rumah Sakit Kanker Dharmais untuk memperkuat upaya skrining secara
nasional, dengan menghadirkan teknologi pengambilan sampel mandiri HPV-DNA yang dilengkapi teknologi
extended genotyping dan sistem otomasi pra-analitik penuh.
Teknologi tersebut memungkinkan analisis risiko kanker serviks dengan identifikasi tipe HPV yang lebih rinci dan spesifik, serta memberikan efisiensi akurasi proses pengolahan sampel dalam proses laboratorium. RSK Dharmais memastikan bahwa setiap perempuan yang hasil
tesnya positif akan segera mendapatkan penanganan medis dan perawatan lanjutan secara menyeluruh.
Untuk memperluas jangkauan, BD Indonesia bersama Kementerian Kesehatan dan Rumah Sakit Kanker Dharmais
menargetkan skrining terhadap 8.000 perempuan di seluruh Indonesia, sebagai dukungan nyata terhadap
peningkatan angka skrining nasional dan upaya eliminasi kanker serviks pada 2030. (*)