Sudah Dilakukan Hampir Seabad, Ini 7 Fakta Perayaan Waisak di Candi Borobudur

Oleh Ragata KalyaSunday, 11th May 2025 | 17:09 WIB
Sudah Dilakukan Hampir Seabad, Ini 7 Fakta Perayaan Waisak di Candi Borobudur
Seorang biksu berdoa di kawasan Candi Borobudur serangkaian Hari Suci Waisak. (Kemenpar)

Jakarta, warnaberita.com - Waisak merupakan Hari Raya Umat Buddha dalam memperingati momen kelahiran, pencapaian kesempurnaan, dan wafatnya Sang Buddha.

Adapun, tahun 2025 ini Waisak akan dirayakan pada 12 Mei 2025 di hari Senin dengan puncak perayaan di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Puncak perayaan Waisak di Candi Borobudur menjadi momen yang wajib dikunjungi oleh siapapun.

Baca Juga: Luncurkan Desa Siaga TBC, Menkes Minta Temukan Seluruh Pasien

Ada 7 fakta di balik perayaan Waisak Candi Borobudur yang sudah dilakukan hampir seabad ini.

1. Sudah Ada Sejak Tahun 1929

Agama Buddha memang sudah lama hadir di Indonesia dengan munculnya sejumlah kerajaan bercorak Hindu-Buddha.

Baca Juga: Komdigi Panggil TFH, Minta Penjelasan Soal World Coin dan World ID

Candi Borobudur menjadi salah satu peninggalan termasyhur dari Kerajaan Medang yang sudah berdiri sejak abad 8-9 Masehi. 

Adapun perayaan Waisak di Candi Borobudur sendiri rupanya sudah ada sejak tahun 1929 atau 96 tahun silam diinisiasi oleh Himpunan Teosofi Hindia Belanda. Rupanya kesadaran untuk merayakan Waisak sebagai bentuk rasa syukur dan toleransi sudah ada sejak dulu ya.

Walau demikian, perayaan tersebut ini sempat terhenti pada era perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan baru kembali diadakan lagi di tahun 1953.

Baca Juga: 2025 Jadi Tonggak Penting Akselerasi Adopsi AI

Kemudian, sempat terhenti kembali di tahun 1973 karena adanya pemugaran Candi Borobudur sehingga dipindahkan ke Candi Mendut. 

2. Jadi Hari Libur Nasional Sejak 1983

Waisak baru menjadi hari libur nasional sejak tahun 1983. Tepatnya pada 19 Januari 1983 Presiden Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1983 tentang penetapan Hari Raya Waisak sebagai Hari Libur Nasional.

Baca Juga: Anak Usia 9 Tahun Bakar Belasan Rumah Terinspirasi Film, Pemerintah Diminta Perketat Pengawasan Konten Digital

Dengan adanya Keputusan tersebut memperlihatkan bahwa Pemerintah Republik Indonesia berkomitmen untuk menunjukkan adanya pengakuan yang lebih luas dan perlindungan terhadap agama di Indonesia. 

3. Diikuti oleh Umat Buddha dari Berbagai Penjuru Dunia

Perayaan Waisak di Candi Borobudur, Magelang tak hanya menjadi perayaan umat Buddha di Indonesia.

Baca Juga: Dirancang, Pemberian Beasiswa Gunakan Zakat

Perayaan ini rupanya juga diikuti oleh umat Buddha dari berbagai penjuru dunia khususnya Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Myanmar. 

Wajar saja karena Candi Borobudur merupakan candi Buddha terbesar di dunia yang sudah dikenal hingga mancanegara. Saking terkenalnya perayaan Waisak di Candi Borobudur, bahkan sejumlah penginapan sudah banyak yang terjual habis di hari-hari saat perayaan berlangsung. 

4. Diawali dengan Pengambilan Api Dharma dan Air Suci

Fakta unik perayaan Waisak Candi Borobudur lainnya yang juga perlu diketahui adalah rupanya perayaan ini tidak diawali di Candi Borobudur. Adapun prosesi perayaan Waisak ini diawali dengan pengambilan api dharma dan air suci.

Untuk pengambilan Api Dharma dilakukan di Api Abadi Mrapen, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan, pengambilan Air Suci dilakukan di Umbul Jumprit, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. 

Api ini melambangkan semangat untuk menerangi dan mengobarkan perbuatan baik untuk semua orang. Sementara itu, air melambangkan suatu kemurnian agar umat mampu berpikir dan berhati murni, jernih, serta tenang.

Selanjutnya, keduanya dibawa masing-masing ke Candi Mendut untuk disakralkan sebagai bagian dari prosesi perayaan Waisak Borobudur. 

5. Diikuti oleh Puluhan Biksu dengan Ritual Thudong

Fakta perayaan Waisak di Candi Borobudur yang tak kalah mencengangkan. Perayaan ini juga diikuti oleh puluhan biksu yang melakukan Ritual Thudong sejauh 2.500 km dari Thailand hingga Indonesia.

Apa itu ritual Thudong? Thudong adalah ritual perjalanan spiritual yang dilakukan oleh bhante atau biksu dengan berjalan kaki sejauh ribuan kilometer. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penerapan nilai-nilai kesabaran, ketekunan, dan ketabahan.

Selama ritual Thudong, para biksu hanya membawa 2 buah jubah, obat-obatan, perbekalan secukupnya, dan tenda untuk tempat beristirahat. Mereka tidak membawa uang dan barang berharga karena sebagai bentuk pengendalian diri untuk menerapkan dharma tertinggi dari ajaran Sang Buddha.

Ritual Thudong Waisak 2025 ini sendiri diawali di Bangkok, Thailand pada Kamis, 6 Februari 2025 dan dijadwalkan akan tiba di Candi Borobudur, Magelang, Indonesia pada Sabtu, 10 Mei 2025.

Bagi kalian yang bertempat tinggal di sepanjang jalur Ritual Thudong, bisa menyempatkan diri melihat ritual tersebut sembari berbagi kebaikan dengan para Biksu.

6. Detik-Detik Waisak Hanya Diperingati di Indonesia

Tahukah kalian bahwa peringatan Detik-Detik Waisak rupanya hanya diperingati di Indonesia? Hal ini karena di luar negeri, umat Buddha menggunakan penanggalan dengan sistem kalender masehi.

Sedangkan, di Indonesia yang masih sangat dipengaruhi oleh tradisi purnama adalah Bali sehingga penentuan Waisak menjadi sangat detil. Seperti pada tahun 2024 atau Waisak 2568 BE yang jatuh pada 23 Mei 2024 pada pukul 20.52.42 WIB. 

Dengan demikian, detik-detik Waisak menjadi menjadi bukti bahwa umat Buddha begitu teliti dalam menentukan momen penting di kehidupan beragama mereka. Selain itu, hal ini menjadi suatu nilai budaya yang perlu diwariskan ke generasi mendatang sebagai warisan yang tak ternilai harganya.

7. Ditutup dengan Festival Lampion Waisak 

Fakta terakhir terkait Perayaan Waisak di Candi Borobudur yakni perayaan ini ditutup dengan Festival Lampion Waisak Borobudur. Bisa dibilang ini adalah momen puncak yang paling ditunggu oleh umat Buddha dan wisatawan lain di destinasi ini.

Festival Lampion Waisak merupakan penutupan rangkaian prosesi perayaan Waisak di Candi Borobudur. Di sini, umat Buddha menerbangkan lampion ke langit yang menjadi simbol dari adanya harapan, pencerahan, dan kedamaian di dalam diri masing-masing.

Acara ini dimulai dengan meditasi, menuliskan doa dan harapan masing-masing untuk ditempelkan di lampion. Lalu, lampion akan dinyalakan dengan sumbu dan diterbangkan bersama-sama. Lampion berbahan ramah lingkungan dan mudah terurai sehingga aman dipakai.

Nyala lampion menjadi simbol pembawa terang untuk dunia dan mampu memberikan perdamaian untuk kerukunan dan kebahagiaan seluruh umat manusia.

Saking besarnya animo masyarakat, tiketnya pun sudah ludes terjual habis. Bagi yang belum kebagian tiketnya, silakan coba lagi tahun depan atau mengunjungi destinasi wisata menarik lainnya untuk merayakan momen waisak. (*)

Terkini

Jemaah Haji Gelombang 1 Mulai Bergerak ke Makkah, KKHI Lakukan Ini
Jemaah Haji Gelombang 1 Mulai Bergerak ke Makkah, KKHI Lakukan Ini
KESEHATAN | in 4 hours
Rakor TKHK, Layanan Kesehatan Haji Diperkuat
Rakor TKHK, Layanan Kesehatan Haji Diperkuat
KESEHATAN | in 3 hours
Soal Kasus Mahasiswi ITB, Ini Pernyataan Sikap Kemdiktisaintek
Soal Kasus Mahasiswi ITB, Ini Pernyataan Sikap Kemdiktisaintek
PENDIDIKAN | in an hour
Sudah Lima Kali Tim Inggris Bertemu di Final Eropa, Inilah Mereka
Sudah Lima Kali Tim Inggris Bertemu di Final Eropa, Inilah Mereka
OLAHRAGA | 4 minutes ago
Final Liga Eropa UEFA, Pembuktian Dua Tim yang Remuk di Premier League
Final Liga Eropa UEFA, Pembuktian Dua Tim yang Remuk di Premier League
OLAHRAGA | 28 minutes ago
Hal yang Perlu Kamu Ketahui tentang Final Liga Champions UEFA 2025
Hal yang Perlu Kamu Ketahui tentang Final Liga Champions UEFA 2025
OLAHRAGA | 2 hours ago
Kementerian PU dan IAI Bahas Penguatan Tata Kelola Profesi Arsitek dan Reformasi Regulasi
Kementerian PU dan IAI Bahas Penguatan Tata Kelola Profesi Arsitek dan Reformasi Regulasi
PROPERTI | 3 hours ago
Bangun Industri Sulit, Hancurkan Mudah Sekali
Bangun Industri Sulit, Hancurkan Mudah Sekali
MIKRO | 4 hours ago
Reformasi TKDN Bukan karena Latah dan Tekanan, Menperin Tegaskan Perpres 46/2025 untuk Perkuat Industri Lokal
Reformasi TKDN Bukan karena Latah dan Tekanan, Menperin Tegaskan Perpres 46/2025 untuk Perkuat Industri Lokal
MAKRO | 5 hours ago
Percepat Pembangunan Pariwisata Nusa Penida, Pemkab Klungkung Koordinasi ke Pusat
Percepat Pembangunan Pariwisata Nusa Penida, Pemkab Klungkung Koordinasi ke Pusat
KLUNGKUNG | 7 hours ago
© 2025 Warnaberita.com - All Rights Reserved
Warnai Hidup dengan Ragam Berita