Pala Papua Diburu Industri Parfum Dunia Berkat Perempuan Adat

Oleh Embun BeningThursday, 24th April 2025 | 07:05 WIB
Pala Papua Diburu Industri Parfum Dunia Berkat Perempuan Adat
Petani pala di Papua Barat. (warnaberita.com/kaleka)

Papua, warnaberita.com -  Di balik hutan lebat Papua Barat, sekelompok perempuan adat tengah berusaha membalik nasib dengan mengubah buah pala menjadi komoditas bernilai tinggi yang kini dilirik oleh industri parfum dunia. 

Dipimpin Mama Siti (52), para petani perempuan ini mempertahankan tradisi, memperjuangkan kelestarian hutan dan meningkatkan kesejahteraan komunitas mereka melalui inovasi berkelanjutan.

Mama Siti menjelaskan, pohon pala di hutan desa dusun pala, Desa Pangwadar, Kecamatan Kokas, Kabupaten Fakfak, Papua Barat sudah banyak, jadi tugas laki-laki biasanya hanya memanjat pohon untuk mengambil buah yang sudah matang. 

Baca Juga: Hari Kartini, Dosen Unair Soroti Perempuan Berdikari di Era Digital

"Untuk pengolahannya, sejauh ini sudah ada 118 wanita yang membersihkan buah pala, memisahkan daging dan bijinya, lalu menjemurnya di bawah sinar matahari,” terang Mama Siti.

Mama Siti adalah petani pala sekaligus dewan pengawas anggota koperasi yang dipimpin oleh perempuan adat di Papua Barat. 

Ia menjadi teladan dalam menerapkan  keterampilan dan ketelatenan serta memimpin perempuan dalam mengolah pala menjadi produk siap jual.

Baca Juga: Fokus Perkuat Pasar Asia Tenggara, Co-CEO Hankook Tire Lakukan Lawatan Perdana ke Indonesia

Bagi masyarakat adat Papua Barat, pohon pala melambangkan kehidupan itu sendiri. 

Dianggap sebagai "penjelmaan perempuan", pohon pala memainkan peran penting dalam menopang masyarakat, dan tabu yang ketat melarang penebangan pohon-pohon ini. 

Rasa hormat yang mendalam terhadap pohon pala telah menyebabkan tradisi unik seputar panennya, menunjukkan hubungan masyarakat yang berkelanjutan dengan alam.

Baca Juga: Ditemukan 9 Produk Pangan Olahan Mengandung Babi, 7 Di Antaranya Bersertifikat Halal

Dua bulan sebelum musim panen, masyarakat adat akan duduk bersama dan berdiskusi atau wewowo dalam bahasa lokal. 

Selama waktu ini, mereka melakukan upacara di mana mereka secara simbolis  memakaikan pohon pala dengan kebaya, pakaian tradisional yang biasanya dikenakan oleh perempuan. 

Ini adalah tanda bahwa tidak ada yang bisa memanen pala muda dan mereka menyebutnya "kera-kera". 

Baca Juga: Mulai Dilirik Sektor Industri, Pabrik di China Gunakan Robot Humanoid Tangani Tugas Berat

Pohon-pohon itu kemudian dilepas pakaiannya tepat sebelum panen, memungkinkan masyarakat untuk mulai memanen pala. 

Setelah panen, mereka meninggalkan lahan untuk pulih secara alami.

Sayangnya, harga jual pala yang rendah dan siklus panen yang hanya dua kali setahun membuat banyak petani kesulitan secara ekonomi. 

Baca Juga: Wamenpora: Karier Atlet Jangan Jadi Korban Konflik

“Harga pala seringkali fluktuatif dan tidak menentu tergantung musim. Ketika harga turun, pendapatan dari pala hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Saat musim panen berakhir, banyak dari kami terpaksa harus beralih profesi untuk menunjang kebutuhan keluarga masing-masing,” tambah Mama Siti.

Di tengah tantangan tersebut, muncul sebuah inisiatif bernama Wewowo Lestari yang digagas oleh Kaleka. 

Program ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah pala Papua, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. 

Melalui berbagai pelatihan dan pendampingan, perempuan petani diajarkan teknik pengolahan pala yang lebih baik.

Asisten Badan Eksekutif Kaleka, Venticia Hukom mengaku pihaknya berupaya memberdayakan para petani dengan memberikan edukasi dan pelatihan dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas panen secara efisien. 

"Hal ini dilakukan dengan menerapkan SOP yang baik dalam setiap tahap produksi, mulai dari pengumpulan buah hingga pengeringan pala menggunakan solar dryer, yang pada akhirnya berhasil meningkatkan 13-40% pendapatan penjualan pala,” paparnya.

Peran Kaleka tidak hanya berhenti pada peningkatan kualitas produk, tetapi juga berupaya membuka pasar yang lebih luas. 

Pihaknya secara aktif bekerja sama dengan laboratorium Association Francaise des Dieteticiens Nutritionnistes (AFDN) asal Prancis untuk melakukan riset lanjutan terhadap hasil olah pala dalam mengembangkan prototipe produk parfum yang akan diajukan kepada perusahaan-perusahaan ternama di dunia parfum, seperti Hermes dan Chanel. 

"Orang biasanya menghiraukan pala Papua karena oil extraction rate yang sangat rendah, namun penelitian secara berkala berhasil membuahkan hasil dalam meningkatkan oil extraction rate pala Papua yang tadinya 1% menjadi 3,5% sehingga bisa dikembangkan menjadi produk turunan lain seperti parfum dan kosmetik.” jelas Venticia Hukom.

Inisiatif Wewowo Lestari juga berdampak pada peningkatan pendapatan petani, serta memberikan kontribusi positif bagi lingkungan. 

Melalui Koperasi Mery Tora Qpohi, badan usaha yang didirikan dari dan untuk petani pala, petani mendapatkan tambahan pendapatan sebesar 11-40% sesuai dengan jenis dan kualitas pala yanh dijualbelikan. 

Kabupaten Fakfak di Papua Barat adalah rumah bagi 908.850 hektar hutan di mana sekitar 26.927 masyarakat adat bergantung pada 56 pohon pala per hektar hutan untuk mata pencaharian mereka. 

Pemanfaatan seluruh bagian pala, termasuk kulit dan biji, juga menghasilkan produk turunan F&B yang baru seperti sirup, manisan untuk supermarket dan cafe di Fakfak sampai produk kosmetik seperti minyak atsiri. Hal ini semakin meningkatkan nilai ekonomis komoditas ini.

“Dibantu oleh Kaleka, kami terus berupaya memanfaatkan semua bagian dari pala untuk meminimalisir sampah dari penggunaannya yang biasa menumpuk saat difungsikan menjadi bahan masak. Saat ini, kami sudah menjual kurang lebih 500 botol sari buah yang berbahan dasar daging buah pala yang selama ini hanya ditinggalkan di bawah pohon pala sampai membusuk,” tutur Mama Siti. (*)

Terkini

Percepat Transformasi Digital, Kampus Diharap Terapkan Ijazah Digital
Percepat Transformasi Digital, Kampus Diharap Terapkan Ijazah Digital
PENDIDIKAN | in 6 hours
Ringankan Beban Finansial Peserta PPDS, Menkes Berikan SIP Dokter Umum
Ringankan Beban Finansial Peserta PPDS, Menkes Berikan SIP Dokter Umum
KESEHATAN | in 5 hours
BD dan RSK Dharmais Perkuat Upaya Perluasan Skrining Kanker Serviks
BD dan RSK Dharmais Perkuat Upaya Perluasan Skrining Kanker Serviks
KESEHATAN | in 4 hours
Pala Papua Diburu Industri Parfum Dunia Berkat Perempuan Adat
Pala Papua Diburu Industri Parfum Dunia Berkat Perempuan Adat
KECANTIKAN | in 2 hours
Archipelago Dukung Pendidikan dan Pengembangan Talenta Perhotelan Bersama Institut Pariwisata Trisakti
Archipelago Dukung Pendidikan dan Pengembangan Talenta Perhotelan Bersama Institut Pariwisata Trisakti
PENDIDIKAN | in an hour
Olahraga Combat Sudah Mendapatkan Tempat di Hati Anak Muda dan Masyarakat Indonesia
Olahraga Combat Sudah Mendapatkan Tempat di Hati Anak Muda dan Masyarakat Indonesia
OLAHRAGA | in an hour
Kemenekraf Jajaki Kolaborasi Konser 25 Tahun Wali di Asia, Konsepnya "Hajatan"
Kemenekraf Jajaki Kolaborasi Konser 25 Tahun Wali di Asia, Konsepnya "Hajatan"
HIBURAN | an hour ago
Mempertahankan Stabilitas dan Mendukung Pertumbuhan Ekonomi, BI-Rate Tetap 5,75%
Mempertahankan Stabilitas dan Mendukung Pertumbuhan Ekonomi, BI-Rate Tetap 5,75%
MAKRO | 2 hours ago
Estonia dan Indonesia Teken MoU Strategis, Dorong Kolaborasi Investasi dan Inovasi Lintas Sektor
Estonia dan Indonesia Teken MoU Strategis, Dorong Kolaborasi Investasi dan Inovasi Lintas Sektor
MAKRO | 2 hours ago
Wujudkan Kebijakan Paternity Leave, Ini yang Perlu Dipertimbangkan Perusahaan
Wujudkan Kebijakan Paternity Leave, Ini yang Perlu Dipertimbangkan Perusahaan
GAYA HIDUP | 3 hours ago
© 2025 Warnaberita.com - All Rights Reserved
Warnai Hidup dengan Ragam Berita